Page 20 - eBOOK PANCASILA
P. 20
“Akal budi membuat seseorang panjang sabar dan orang itu dipuji karena
memaafkan pelanggaran.“ (Amsal 19:11)
Sumber Dari Kitab Suci Agama Buddha
“Pikiran itu sungguh sukar di awasi, amat halus dan senang membawa
sesuka hati. Karena itu hendaklah orang bijaksana selalu menjaganya,
pikiran yang dijaga dengan baik akan membawa kebahagiaan.”
(Dhammapada Citta Vagga III : 4)
“Pikiran itu selalu mengembara jauh, tidak memiliki wujud dan terletak di
dalan hati sanubari (Gua). Mereka yang dapat menaklukannya akan bebas
dari jeratan mara .“(Dhammapada Citta vagga III : 5 )
“Bukan seseorang ibu, ayah ataupun sanak keluarga lain yang dapat
melaksanakan : melainkan pikiran sendiri yang diarahkan dengan baik yang
akan dapat mengangkat derajat seseorang.” (Dhammapada, Citta vagga III :
11)
Sumber Dari Kitab Suci Weda (Agama Hindu)
“Akal pikiran itu adalah sumbernya nafsu yang menggerakan perbuatan baik
ataupun buruk, oleh karena itu akal pikiran patut diusahakan pengekangannya
atau pengendaliannya.” (Weda sarasamuccaya ayat 80).
5. Mampu Mengendalikan Nafsu Amarah
Sumber Dari Kitab Suci Al Qur`an
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada syurga
yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang
bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu
lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan
memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat
kebajikan.” (Al Qur’an surat (03) Ali Imran ayat 133-134).
Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai
tuhannya, dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah
telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas
penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah
(membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?
(Al Qur’an surat (45) Al Jaatsiyah ayat 23).
Sumber Dari Hadits Nabi Muhammad Saw.
“Ada tiga hal barangsiapa melakukannya maka niscaya Allah menempatkannya di
dalam pengayoman-Nya, mencurahkan rahmat-Nya kepada dirinya dan kelak
memasukkannya ke dalam syurga-Nya, yaitu seseorang yang apabila diberi
merasa bersyukur, apabila mampu membalas tapi memaafkan dan apabila
sedang emosi dapat menahan dirinya.” (Hadits riwayat Thabrani).
“Yang paling disukai oleh Allah adalah seseorang yang menelan rasa
amarahnya, tidak ada seorang hambapun yang menahan rasa amarahnya
PANCASILA 9