Page 203 - KM Informatika-BS-KLS-IX
P. 203

Beberapa perancang  internet  awal  sangat menganjurkan penggunaan
                 enkripsi pada komunikasi data. Pada saat dikembangkan, memang protokol
                 utama komunikasi Internet, TCP/IP  tidak melakukan enkripsi data karena
                 enkripsi  membutuhkan  sumber  daya  komputasi  yang  besar  dan  mahal.
                 Masalah juga diperparah dengan problem pendistribusian kunci (key) dekripsi
                 yang sulit. Algoritma rinci enkripsi telah diajarkan pada materi sebelumnya.

                     Saat ini, teknologi enkripsi sudah sangat mapan, tetapi masih dianggap
                 mahal dan merepotkan. Teknologi ini membutuhkan biaya pengembangan
                 dan  sumber daya komputasi yang  tidak  sedikit   sehingga pemerintah dan
                 bisnis pun sering tidak menggunakannya bahkan untuk aplikasi yang sangat
                 penting.

                     Sebagai contoh, institusi militer di  Amerika, pada awalnya tidak
                 mengenkripsi sistem pemberi masukan (feeder) video pada sistem drone, celah
                 ini kemudian  mampu  dimanfaatkan seseorang  (musuh)  untuk meretasnya
                 dengan menggunakan perangkat lunak seharga 500 ribu rupiah yang tersedia
                 di internet. Drone akan mendapatkan informasi yang salah  sehingga tidak
                 dapat melakukan operasi pengintaian yang tepat sasaran.

                     Contoh  lain, sebuah  perusahaan  retail  (pengecer)  TJX  di  Amerika
                 menggunakan  sistem  enkripsi  yang  ketinggalan  zaman untuk melindungi
                 data yang dikirim melalui cash register ke komputer server melalui jaringan
                 nirkabel. Peretas tahu  celah  ini,  yang kemudian  menggunakan antena
                 kekuatan tinggi untuk melakukan intercept (cegatan) data transaksi penjualan
                 ini, mengambil  datanya, memecahkan kodesandi  karyawan, dan kemudian
                 melakukan peretasan ke basis data pusat. Selama periode sekitar 18 bulan,
                 peretas berhasil mencuri jutaan nomor kartu debit dan kartu kredit beserta
                 informasi identifikasi penting milik ratusan ribu orang. Nomor yang dicuri
                 tersebut kemudian digunakan secara tidak sah setidaknya di delapan negara.
                     Dua insiden tersebut menunjukkan contoh enkripsi data yang terabaikan
                 dan tidak memadai  dalam proses  transmisi  data. Penggunaan penting
                 berikutnya dari enkripsi adalah untuk kepentingan data dan dokumen yang
                 disimpan.  Dalam  beberapa  kasus  pencurian  besar  data  pribadi  konsumen
                 dari  perusahaan  pengecer, didapatkan bahwa  database mereka termasuk
                 kata sandi, nomor kartu kredit, dan nomor penting lainnya tersimpan dalam
                 keadaan tanpa enkripsi.

                     Teknik lain yang banyak digunakan peretas untuk mendapatkan informasi
                 kredensial pengguna adalah menggunakan Wi-Fi tidak terenkripsi. Peretas
                 dengan santai duduk di kafe kopi sambil melakukan scanning transmisi Wi-Fi


                                                              Bab 8 Dampak Sosial Informatika  187
   198   199   200   201   202   203   204   205   206   207   208