Page 20 - Modul Dasar-dasar pewarisan sifat
P. 20
Keyakinan dalam pembentukan awal keturunan ini mulai runtuh pada
tahun 1600-an, ketika William Harvey pertama kali mengajukan gagasan yang
menjadi teori epigenesis. Teori ini menyatakan bahwa zat dalam gamet akan
menghasilkan struktur dewasa, bukan pertumbuhan struktur dewasa miniatur
yang sudah ada dalam gamet. Sifat zat yang diarahkan pada
perkembangan orang dewasa dan bagaimana mereka melakukan fungsi ini
masih belum jelas.
Sebelum tahun 1860, penemuan teknis utama yang membuka jalan
bagi pemahaman baru tentang genetika saat ini, yaitu dengan adanya
perkembangan mikroskop cahaya. Pada tahun 1665, Robert Hooke
menciptakan istilah sel untuk menggambarkan struktur yang dia amati dalam
gabus di bawah mikroskop cahaya. Antara 1674 dan 1683, Anton van
Leeuwenhoek, yang merupakan ahli pembuat lensa, menghasilkan lensa
yang menghasilkan perbesaran beberapa ratus daya (gbr 1.2). Dengan
menggunakan lensa tunggal ini, van Leeuwenhoek menemukan organisme
hidup (protozoa dan bakteri) di air hujan. Lebih dari seratus tahun berlalu
sebelum mikroskop majemuk bisa menyamai perbesaran Leeuwenhoek.
Pada tahun 1830, Jan Purkinje pertama kali mendeskripsikan nukleus di
dalam sel. Pada tahun 1831, peneliti Skotlandia Robert Brown menciptakan
istilah nukleus. Brown, seorang biotenis yang berpengaruh, juga
menggambarkan gerakan Brown dari partikel mikroskopis dan menemukan
perbedaan antara gymnospermae dan angiospermae. Antara 1835 dan
1839, Hugo von Mohl menggambarkan mitosis dalam sel. Era ini berakhir pada
tahun 1858, ketika Rudolf Virchow, seorang peneliti medis yang produktif,
menyimpulkan konsep teori sel dengan pepatah Latinnya omnis cellula e
cellula: semua sel berasal dari sel yang sudah ada sebelumnya. Jadi, pada
1858, ahli biologi memiliki pemahaman tentang kontinuitas sel dan
mengetahui inti sel.
17