Page 3 - E-HANDOUT PERTEMPURAN-PERTEMPURAN PASCA KEMERDEKAAN
P. 3

PERTEMPURAN MEDAN AREA
                         P  E  R  T  E   M  P   U  R  A   N     M  E  D  A   N    A  R  E   A







             1) Latar Belakang Pertempuran Medan Area


                   Pada 9 Oktober 1945, pasukan sekutu yang dipimpin T.E.D. Kelly
             mendarat  di  Medan.  Awalnya  kedatangannya  diterima  baik  oleh
             Gubernur  Sumatera  Utara  yaitu  Teuku  Moh.  Hasan  karena  tim
             sekutu  merupakan  bagian  dari  tim  Relief  of  Allied  of  War  and
             Internees  (RAPWI).  RAPWI  sendiri  bertugas  untuk  membantu
             pembebasan  para  tawanan  perang  Jepang  yang  ada  di  Medan.
             Namun  pada  kenyataannya,RAPWI  mengkhianati  kepercayaan
             masyarakat Medan karena diam-diam mempersenjatai masyarakat
             Belanda yang menjadi tawanan Jepang di Medan. Selain itu RAPWI
             juga diam-diam membentuk Medan Batalyon KNIL dengan tujuan
             utama  untuk  mengambil  alih  kekuasaan  di  Kota  Medan.  Tujuan
             RAPWI  yang  menyimpang  ini  terdengar  oleh  TKR  dan  Barisan
             Pemuda Indonesia (BPI) yang dipimpin oleh Achmad Tahir. Hal ini
             akhirnya  menimbulkan  konflik  dan  pertempuran  diantara  kedua
             belah pihak (Yani, 2014)





             2) Kronologi Pertempuran Medan Area


                     Pertempuran  Medan  Area  yang  pertama  berlangsung  pada  tanggal  13  Oktober  1945  di
             Hotel  Bali  Medan.  Hal  ini  dipicu  oleh  salah  satu  penghuni  hotel  yang  merampas  dan
             menginjak-injak  lencana  merah  putih  yang  dikenakan  warga  setempat.  Karena  dianggap
             telah melecehkan Indonesia, maka Hotel Bali Medan mulai diserbu oleh para pemuda. Insiden
             ini mengakibatkan 96 orang kehilangan nyawa dan sebagian korban jiwa merupakan anggota
             NICA.  Selepas  kejadian  di  hotel  tersebut  pasukan  sekutu  memberikan  ultimatum  kepada
             seluruh pemuda di Medan agar menyerahkan senjatanya pada sekutu. Berbarengan dengan
             ultimatum,  NICA  mulai  melakukan  aksi-aksi  teror  pada  rakyat  Medan.  Berhadapan  dengan
             ultimatum dan teror-teror, masyarakat Medan justru menambah semangat perlawanannya.
             Semangat ini cukup membuahkan hasil karena perlahan Sekutu dan NICA merasa terdesak
             sebab TKR sering menghadang dan menyerbu sekutu saat berpatroli.
                  Pertempuran ini mencapai puncaknya ketika 1 Desember 1945 sekutu memasang papan
             yang  bertuliskan  Fixed  Boundaries  Medan  Area  (batas  resmi  wilayah  Medan)  di  berbagai
             pinggiran  wilayah  Medan.  Tulisan  ini  diyakini  sebagai  garis  pembatas  yang  dapat
             menghambat serangan para pemuda dan TKR terhadap pasukan sekutu. Tulisan inilah yang
             kemudian menjadi nama pertempuran Medan Area. Tanggal 10 Desember 1945 sekutu dan
             NICA  mencoba  memecahkan  konsentrasi  TKR  di  Trepes.  Namun  upaya  tersebut  berhasil
             digagalkan  para  pemuda  karena  TKR  membalas  dengan  melakukan  penculikan  perwira
             Inggris dan menghancurkan truk-truk pengangkut tentara mereka. Akibat aksi ini, sekutu dan
             NICA melakukan serangan besar-besaran terhadap Kota Medan. Banyak pasukan dari kedua
             belah  pihak  yang  kehilangan  nyawa  pada  insiden  ini.  Pada  April  1946  sekutu  mendesak
             pemerintah  Indonesia  agar  keluar  dari  Kota  Medan  dan  membuat  gubernur,  walikota,  dan
             markas  TKR  dipindahkan  ke  Pematang  Siantar.  Hal  ini  berhasil  membuat  Kota  Medan
             dikuasai sekutu (Hapsari & Adil, 2017).
   1   2   3   4   5   6   7   8