Page 7 - E-HANDOUT PERTEMPURAN-PERTEMPURAN PASCA KEMERDEKAAN
P. 7
U
P
M
N
A
R
E
P
PERTEMPURAN 10 NOVEMBER
E
T
R
M
E
V
R
E
B
0
1
O
N
1) Latar Belakang Pertempuran 10 November
Peristiwa pertempuran yang terjadi pada tanggal 10
November 1945 di Surabaya berawal dari munculnya
pasukan Jepang di Indonesia pada tanggal 1 Maret 1942.
Kedatangan tersebut melahirkan sebuah perjanjian yaitu
perjanjian Linggarjati antara Jepang dan Belanda.
Penyebab utama dari pertempuran yang terjadi Surabaya
adalah pelaksanaan pengibaran bendera Belanda yang
dilakukan di Hotel Yamato pada 18 September 1945. Selain
itu, pertempuran Surabaya dilatarbelakangi perbedaan
persepsi tentang kepemilikan senjata. Belanda
menggunakan sebuah perintah menyerahkan senjata
untuk melemahkan pertahanan Indonesia demi ingin
kembali menjajah wilayah Indonesia, saat itu Belanda dan
Inggris masuk ke Indonesia dengan misi NICA. Rakyat
Surabaya memiliki jiwa keberanian yang tinggi dalam
mengambil keputusan yang berisikan perintah untuk
rakyat Indonesia menyerahkan seluruh senjata. Perjuangan rakyat Surabaya ditunjukkan melalui
perjuangannya dalam pertempuran 10 November 1945. Peristiwa yang terjadi setelah
kemerdekaan ini merupakan perang paling dahsyat, adapun kedatangan tentara Inggris pada 25
Oktober 1945 di bawah pimpinan Brigadir Jenderal A.W.S. Mallaby, kedatangannya bertujuan
menyelamatkan dan memulangkan tentara Jepang. Akan tetapi, pimpinan Inggris tersebut
datang ke Indonesia membawa misi mengembalikan Indonesia kepada pemerintahan Jepang.
Sehingga, hal tersebut sebagai faktor kemarahan rakyat Indonesia (Lase dan YB Jurahman,
2021).
2) Tokoh-Tokoh Pertempuran 10 November
Adapun tokoh-tokoh yang berperan dalam peristiwa pertempuran 10 November, yaitu :
a) Bung Tomo : Perjuangan tokoh tersebut menyuarakan perjuangan melalui orasi-orasi yang
dapat mempengaruhi rakyat Surabaya dalam memperjuangkan hak-hak mereka. Kedatangan
pasukan sekutu membuat para pemimpin Surabaya melakukan perundingan dengan pihak
sekutu, akan tetapi dalam perundingan tersebut tidak mendapati adanya kata mufakat.
Pelaksanaan rapat Bung Tomo melawan pasukan sekutu dengan memberikan seruan melalui
radio guna menggelorakan nasionalisme rakyat Surabaya (Purmeica, dan YB Jurahman, 2021).
b) Gubernur Suryo : Gubernur Suryo menolak ultimatum yang dikeluarkan oleh sekutu dan tidak
bersedia menyerahkan senjata. Selain itu peran Gubernur tersebut juga mengatur sistem
pemerintahan serta para pemimpin lokal Surabaya (Dani dan Purwaningsih, 2017).
c) Mayjen Sungkono : Berperan sebagai komandan pertahanan Kota Surabaya yang menjadi
pusat pertempuran dalam menghadapi Inggris dan sekutu. Selain itu, Mayjen Moestopo
mengambil senjata milik tentara Jepang untuk digunakan dalam perang melawan tentara sekutu
(Luklui dan Alrianingrum, 2018).