Page 22 - C:\Users\ASUS-PC\Downloads\BUKU ETNOSAINS\
P. 22
dianggap sebagai keterampilan teknis tetapi juga sebagai bagian dari identitas
sosial dan budaya mereka.
Pengetahuan navigasi laut para pelaut Bugis-Makassar menunjukkan
betapa mendalamnya hubungan mereka dengan lautan. Mereka mengamati
posisi bintang-bintang untuk menentukan arah perjalanan dan memanfaatkan
arah angin serta arus laut untuk mengoptimalkan perjalanan mereka.
Kemampuan ini tidak hanya membantu mereka dalam menjelajahi perairan
yang luas tetapi juga menjadi bukti kecerdikan dan adaptabilitas mereka
terhadap lingkungan alam.
Proses pewarisan pengetahuan ini melalui cerita dan lagu memperkuat
ikatan antargenerasi dan memastikan bahwa keterampilan ini tetap hidup dan
relevan. Selain itu, praktik sehari-hari yang melibatkan navigasi laut juga
memungkinkan para pelaut muda untuk belajar secara langsung dari
pengalaman. Dengan demikian, tradisi navigasi laut ini tetap terpelihara sebagai
bagian integral dari warisan budaya Bugis-Makassar.
Para pelaut Bugis-Makassar memahami bahwa gerakan perahu mereka
relatif terhadap elemen-elemen alam, seperti air dan angin, sangat penting.
Mereka menggunakan transformasi Galileo secara intuitif dengan
menggabungkan kecepatan perahu dengan kecepatan angin untuk menavigasi
secara efektif. Misalnya, mereka tahu bahwa kecepatan total perahu akan
meningkat jika angin bertiup ke arah yang sama dengan arah berlayar.
Pengetahuan etnosains yang diwariskan secara turun-temurun, bersama
dengan pandangan dunia yang holistik, memungkinkan mereka untuk
mengintegrasikan berbagai elemen alam dalam praktik navigasi mereka.
Sehingga dari juraian di atas menunjukkan meskipun konsep dilatasi
waktu dalam teori relativitas mungkin tidak secara langsung ditemukan dalam
budaya Bugis-Makassar, beberapa elemen dapat membantu kita memahami
bagaimana mereka mungkin memahami fenomena serupa:
Perbedaan Persepsi Waktu: Para pelaut mungkin memiliki persepsi waktu
yang berbeda tergantung pada perjalanan dan lingkungan mereka, mirip