Page 19 - C:\Users\ASUS-PC\Downloads\BUKU ETNOSAINS\
P. 19

angin. Suatu metode langsung untuk mendeteksi keberadaan angin eter adalah


        menggunakan peralatan di Bumi untuk mengukur pengaruh angin eter terhadap

        kecepatan cahaya. Jika v adalah kecepatan relatif eter terhadap Bumi, maka

        cahaya  seharusnya  memiliki  kecepatan  maksimum  c  +  v  ketika  merambat


        searah dengan angin eter.


               Dengan  asumsi  bahwa  matahari  diam  di  dalam  eter,  maka  kecepatan

        angin eter akan sebesar kecepatan orbit Bumi mengelilingi Matahari, yang kira-

                      4
        kira 3 x 10  m/s. Oleh karena itu, perubahan kecepatan sebesar 1 per 10 akan
        menjadi penting untuk diukur dalam arah yang searah atau berlawanan dengan

        arah angin.  Namun, meskipun perubahan semacam itu dapat  diukur melalui


        eksperimen,  semua  upaya  untuk  menentukan  perubahan  tersebut  dan

        membuktikan  keberadaan  angin  eter,  serta  keberadaan  kerangka  mutlak,

        ternyata sia-sia.


               Prinsip relativitas Galileo hanya berlaku untuk hukum-hukum mekanika.

        Jika  diasumsikan  bahwa  hukum  listrik  dan  magnetisme  sama  di  semua


        kerangka inersial, maka akan timbul paradoks mengenai kecepatan cahaya. Hal

        ini dapat dipahami dengan menyadari bahwa persamaan Maxwell menyatakan

                                                                                             8
        bahwa kecepatan cahaya selalu memiliki nilai tetap 3,00 x 10  m/s di dalam
        semua kerangka inersial, yang bertentangan dengan persamaan transformasi


        kecepatan  Galileo.  Menurut  relativitas  Galileo,  kecepatan  cahaya  tidak

        seharusnya sama di dalam semua kerangka inersial.


               Untuk  menyelesaikan  kontradiksi  ini  dalam  teori-teori,  kita  harus

        menyimpulkan  bahwa  salah  satu  dari  dua  hal  berikut:  (1)  hukum  listrik  dan

        magnet  tidak  sama  di  dalam  semua  kerangka  inersial,  atau  (2)  persamaan

        transformasi  kecepatan  Galileo  tidak  benar.  Jika  kita  mengasumsikan  yang


        pertama, maka akan ada suatu kerangka acuan yang dipilih di mana kecepatan

        cahaya memiliki nilai yang berbeda, dan kecepatan yang terukur haruslah lebih

        besar atau lebih kecil daripada nilai ini di dalam kerangka acuan lainnya, sesuai

        dengan persamaan transformasi kecepatan Galileo. Jika kita mengasumsikan
   14   15   16   17   18   19   20   21   22   23   24