Page 177 - Bahtera_Sebelum_Nabi_Nuh_Kisah_Menakjubkan_tentang_Misteri_Bencana
P. 177
Dr. Irving Finkel
arah sungai, sambil melamun, kita bisa langsung membayangkan
bahwa solusinya akan muncul dengan sendirinya dalam suatu
kilatan petir pemahaman: sebuah coracle, sebuah coracle bundar,
dalam skala—apa namanya?—kosmis …
Kita harus fokus pada sebuah pemandangan sungai kuno
yang dipadati coracle karena perahu tradisional ini masih tetap
digunakan tanpa tergantikan di sungai-sungai Mesopotamia
tepat sampai pertengahan pertama dari abad terakhir, meskipun
di Irak masa kini, sayang sekali, coracle sudah punah. Coracle
secara umum merupakan sebuah fenomena yang banyak dikaji
dan dipahami, dan coracle dari Irak menempati posisi yang lebih
terhormat di antara yang lainnya. Banyak foto dari abad ke-
19 dan awal abad ke-20 yang diambil di sana memperlihatkan
coracle, yang digambarkan baik sebagai kajian khusus atau
sebagai bagian dari latar belakang sungai yang tak terhindarkan
dalam kehidupan sehari-hari. E. S. Stevens, yang foto-fotonya
tentang pembuatan coracle pada 1920-an direproduksi di sini,
menulis dengan menggugah:
… kami berkertak-kertuk melalui jalanan yang berliku-liku,
memercik-mercik menembus banjir saat kami mendekatinya,
hingga empat ekor kuda ramping itu berhenti di depan sebuah
gufa yang merapat ke tepi. Gufa adalah sebuah keranjang
besar berbentuk mangkuk, dibuat kedap air dengan lapisan
aspal. Beberapa dari perahu bundar ini besar sekali; perahu
kami bisa mengangkut tiga puluh orang dengan mudah. Kami
masuk, dan gufachi menyandang tali penarik pada tubuhnya,
lalu berjalan melawan arus … Ketika kami mencapai palung
sungai yang sebenarnya, dia meloncat masuk ke dalam
perahu bersama para pembantunya dan mulai mendayung
http://facebook.com/indonesiapustaka di hilir sungai. Arusnya begitu deras dan kuat sehingga hanya
perahu menyeberang dengan sudut tertentu; karena Samarra,
tinggi di seberang sana, pada waktu itu berjarak cukup jauh
butuh beberapa menit sebelum dia mendaratkan kami di
tempat pendaratan di bawah kota itu.
Steven 1923: 50
166

