Page 172 - Bahtera_Sebelum_Nabi_Nuh_Kisah_Menakjubkan_tentang_Misteri_Bencana
        P. 172
     PERSOALAN BENTUK BAHTERA
            Dari pertengahan milenium ketiga SM beberapa stempel silinder
            dari batu keras yang digunakan untuk mengesahkan dokumen
            tanah liat dengan menggelindingkannya di atas permukaan dan
            meninggalkan sebuah bekas yang sesuai menggambarkan adanya
            perahu-perahu dalam ukiran suasana mereka. Sebagian besar
            jelas merupakan perahu alang-alang klasik Mesopotamia dengan
            haluan dan buritan yang tinggi khas pelajaran sekolah yang telah
            kita namai (dari sudut pandang Bahtera) ‘purwarupa’, tetapi
            setidaknya kita dapat membedakan satu jenis dengan bentuk,
            atau lebih tepatnya penampang, bundar yang khas dari sebuah
            coracle. Stempel ini berasal dari situs penggalian di Khafajeh di
            Sungai Diyala, Irak, tujuh mil arah barat Baghdad, dan tampaknya
            menggambarkan sebuah coracle     asli kira-kira pada 2500 SM.
            Hampir dua ribu tahun setelah itu kita melihat pasukan Assyria,
            bukan apa-apa selain karena praktis, menggunakan coracle-
            coracle untuk ekspedisi perang, dan beruntung bagi kita karena
            peristiwa-peristiwa ini digambarkan dengan rincian yang akurat
            oleh para pemahat istana dalam peristiwa kehidupan sehari-hari
            dan militer dalam ukiran-ukiran dinding istana terkenal.
               Raja Assyria Shalmaneser III (859–824 SM) meninggalkan
            untuk kita sebuah catatan grafis tentang sebuah ekspedisi
            militer di Mazamua (sebuah provinsi Assyria di lereng barat
            laut Pegunungan Zagros, Sulaimaniah modern), yang ketika itu
            dia terpaksa menggunakan ‘perahu-perahu jerami’ dan ‘perahu-
            perahu berlapis kulit’ untuk mengejar musuh-musuhnya:
               Mereka menjadi ketakutan menghadapi kilatan senjataku
   http://facebook.com/indonesiapustaka  laut. Aku mengejar mereka dengan perahu-perahu bundar
               yang sangat perkasa dan seranganku yang gencar lalu mereka
               berbondong-bondong masuk ke dalam perahu alang-alang di
               berlapis kulit (dan) melancarkan serangan gencar di tengah
               lautan. Aku mengalahkan mereka (dan) mewarnai lautan
               menjadi merah seperti wol merah dengan darah mereka.
                                          161
     	
