Page 170 - Bahtera_Sebelum_Nabi_Nuh_Kisah_Menakjubkan_tentang_Misteri_Bencana
        P. 170
     PERSOALAN BENTUK BAHTERA
               Kata dalam bahasa Akkadia quppu  pada baris ke-6 dari
            komposisi ini, sejauh ini, hanya memiliki tiga arti menurut kamus
            modern kajian Assyria kuno: ‘keranjang anyaman’, ‘peti kayu’,
            dan ‘kotak’. Dalam bahawa Arab modern kata untuk ‘coracle’
            adalah  quffa, yang arti utamanya adalah ‘keranjang’, karena
            sebuah  coracle  tidak lebih dari sebuah keranjang besar, yang
            dibuat seperti keranjang dan dibuat kedap air, dan inilah kata
            setempat yang telah didengar di hulu dan hilir Sungai Eufrat di
            Irak di mana saja coracle  digunakan. Bahasa Akkadia dan Arab
            sama-sama berada dalam rumpun bahasa Semit dan berbagi
            banyak kata-kata historis yang sama. Oleh karena itu, kita dapat
            mengatakan, bahwa quppu       dan quffa  adalah kata-kata yang
            serumpun (karena ‘p’ dalam bahasa Akkadia dilafalkan sebagai
            ‘f’ dalam bahasa Arab), dan kita dapat melihat bahwa kedua kata
            itu memiliki jangkauan arti yang sama, dari keranjang hingga
            coracle. Mengingat hal ini saya pikir kita dapat menyimpulkan
            bahwa bahasa Babilonia quppu      juga mempunyai arti khusus
            ‘coracle’, terutama terkait dengan pengalaman bayi Sargon.
               Kita dapat mengungkap lebih banyak lagi. Bagian autobiografis
            Sargon tidak syak lagi menyinggung langsung Kisah Air Bah
            Mesopotamia, tepat seperti kisah Musa merujuk kembali ke
            Bahtera Nuh dalam Kitab Kejadian. Bayi itu akan menjadi salah
            satu raja terbesar dari Mesopotamia, hidupnya terselamatkan
            sejak semula dari segala marabahaya oleh sebuah perahu mirip
            keranjang yang dilapisi aspal yang dihanyutkan di atas sungai ke
            suatu tempat yang tak diketahui. Gambaran tentang penambalan
            celah dengan aspal merupakan sebuah kesejajaran tekstual
            langsung terhadap catatan Kisah Air Bah tradisional.
               Ada sebuah dimensi tambahan untuk hal ini. Dalam catatan
            Gilgamesh ada gambaran puitis menyolok pada akhir badai
   http://facebook.com/indonesiapustaka  Laut semakin tenang, yang tadinya berjuang seperti seorang
            besar pada hari ketujuh:
               perempuan sedang melahirkan.
                                                       Gilgamesh XI:131
                                          159
     	
