Page 295 - Bahtera_Sebelum_Nabi_Nuh_Kisah_Menakjubkan_tentang_Misteri_Bencana
P. 295
Dr. Irving Finkel
Marduk dan pengikut Sin, sehingga cukup bagi Cyrus, penakluk
berikutnya, untuk mengambil keuntungan dari keadaan itu.
Sebelum masa itu, sulit untuk menunjukkan tanda apa saja
tentang permusuhan atau kecurigaan agama dalam masyarakat
Mesopotamia yang ditemukan dalam bentuk tulisan. Orang asing
tetap orang asing; orang-orang tetap waspada dan mungkin
membenci cara-cara orang asing itu, tetapi tidak seorang pun
menyatakan permusuhan pada seseorang dari ‘agama lain’ dengan
alasan itu. Semua orang tahu dan percaya pada banyak dewa, dan
dewa-dewa pendatang baru disambut baik; patung-patung dewa
asing diimpor setelah penghasutan perang yang berhasil tentu
saja, untuk dipasang di kuil Assyria atau Babilonia. Dewa-dewa
dari luar, seperti kekuatan magis asing, mungkin saja memiliki
kekuatan, terutama jika mereka milik musuh yang kuat, dan
dengan kedudukan dan siklus persembahan yang baru, mereka
diharapkan akan mengalihkan kesetiaan mereka. Pada waktunya,
nama-nama mereka bahkan dimasukkan, meskipun kedengarannya
kejam, ke dalam daftar resmi dewa. Hanya dengan dorongan
monoteisme eksklusif inilah intoleransi agama dapat menjadi
akibatnya, dan Babilonia tepat pada masa ini menyaksikan
munculnya monoteisme semacam itu untuk pertama kalinya
dalam budaya Mesopotamia.
Orang-orang Judea dengan demikian akan berhadapan
dengan sebuah sistem agama pribumi yang lebih mirip dengan
agama mereka sendiri daripada yang pastinya terjadi pada masa
sebelumnya. Monoteisme Babilonia, entah itu sebagai perkara
kebijakan negara yang lebih luas atau teologi tertutup di kalangan
universitas (belum lagi perdebatan bebas di jalanan), pastinya
telah menawarkan suatu latar belakang yang mengancam terhadap
orang-orang Judea dengan kepercayaan mereka sendiri pada
http://facebook.com/indonesiapustaka julukan pujian yang menumpuk pada Marduk (gembala, pembela
tuhan yang esa dan tanggung jawab dalam menjaga keyakinan
itu dari pencemaran. Juga layak dijelaskan bahwa julukan-
orang miskin dan lemah, pelindung kaum janda dan anak-anak,
pejuang keadilan dan kebenaran) pastinya tidak terdengar asing
bagi telinga orang-orang Judea yang dibesarkan dalam tradisi
mereka sendiri.
284

