Page 292 - Bahtera_Sebelum_Nabi_Nuh_Kisah_Menakjubkan_tentang_Misteri_Bencana
P. 292

PENGALAMAN BANGSA JUDEA


            kita, jikapun bebas dari campuran-campuran yang begitu
            dikeluhkan oleh nabi-nabinya, pada dasarnya bersifat monoteis,
            terpusat pada satu tuhan mahakuasa yang tidak dapat terlihat.
            Perintah Kedua—Jangan ada padamu allah lain di hadapan-
            Ku—bukanlah pernyataan datar bahwa tidak ada tuhan-tuhan
            yang lain; kalaupun ada, bahasa tersebut dapat digunakan untuk
            mencerminkan bahwa mungkin saja ada tuhan-tuhan yang lain
            tetapi mereka untuk bangsa yang lain. Tuhan-tuhan mereka
            adalah tuhan laki-laki tanpa nama, tanpa istri dan anak. Oleh
            karena itu, agama orang-orang Judea, terutama di luar konteks
            normalnya, murni konseptual, berurusan dengan yang tak
            terlihat dan tidak didukung oleh kesamaan dan perlengkapan
            yang menenteramkan. Tidak seperti orang-orang Babilonia yang
            ada di sekitar mereka, orang-orang Judea tidak memiliki patung
            dewa yang bersemayam di atas takhta dewa yang akan menerima
            persembahan mereka dan mendengarkan desakan-desakan
            mereka, yang menatap ke bawah dari atas dengan ketenangan
            khas orangtua yang bijak. Agama Ibrani Perjanjian Lama dari
            asal usulnya sangat berbeda dari semua agama pendahulunya dan
            agama-agama lain yang ada pada saat itu, dalam hal abstraksi
            tuhan Ibrani terhadap sebuah konsep, jauh dan tidak terlihat,
            tanpa gambaran yang terukir, dan tanpa keluarga di sekeliling.
            Tidak ada agama kuno lain yang dapat bertahan berfokus secara
            tertutup pada satu tuhan yang tidak pernah bisa dilihat. Begitu
            mereka tiba di Babilonia, orang-orang Judea memiliki sedikit
            hal di luar abstraksi yang sangat sukar dipahami ini untuk
            menunjukkan kepercayaan mereka atau memberikan struktur
            pada jati diri mereka yang terbuang.
               Jika kita membayangkan seorang Babilonia dan seorang
            imigran Judea bercakap-cakap ramah di pasar, dengan kata lain,
   http://facebook.com/indonesiapustaka  Seperti apa dia? Di mana dia tinggal? Siapa nama istrinya? Berapa
            orang kedua tidak akan mempunyai jawaban sama sekali untuk
            pertanyaan yang sangat biasa seperti: “Apa nama tuhanmu?

            banyak anaknya? Pada saat yang sama, ada perubahan-perubahan
            penting dalam agama yang terjadi di Babilonia sepanjang masa
            Pembuangan bangsa Judea. Pernah ada sebuah pemikiran yang




                                          281
   287   288   289   290   291   292   293   294   295   296   297