Page 73 - buku-Puisi
P. 73
73
Berdasarkan ilustrasi tersebut tampak bahwa keidentikan baris dalam puisi
dengan kalimat di dalam prosa bukan terletak di dalam jumlah, melainkan satuan makna.
Satuan makna di dalam puisi dapat dilihat pada satu baris atau lebih. Bahkan, dapat juga
ditemukan bahwa satu baris sekaligus satu kalimat yang hanya terdiri atas satu kata tetapi
mengandung satuan makna.
Mengapa penyair membentuk baris yang sangat bervariasi? Jawabannya
adalah baris bukan merupakan unsur yang terpisah dari unsur yang lainnya. Pertama,
baris sebagai satuan makna yang lebih besar dari kata bisa jadi sudah utuh maknanya
oleh baris tersebut, atau bisa juga baris itu masih harus diselesaikan oleh baris
berikutnya. Kedua, keutuhan itu baru sebatas satuan makna seperti halnya satuan makna
kalimat di dalam prosa. Pada kenyataannya, keutuhan itu masih terkait dengan baris-
baris yang lainnya. Keterkaitan ini tampak sebagai pemenggalan suatu baris yang
dilanjutkan oleh baris berikutnya. Pemenggalan dilakukan sebagai upaya untuk menata
rima atau persajakan sehingga unsur musikalitas puisi muncul. Ketiga, baris merupakan
tatanan makna yang terangkai melalui kata. Kata-kata yang dirangkai bisa utuh. Akan
tetapi, sebagian besar penyair melesapkan beberapa bentuk kata agar lebih padat.
E. Unsur Bait
Bait identik dengan paragraf di dalam karangan jenis prosa. Keidentikan ini
terutama melalui substansinya, yakni kesatuan makna dari setiap larik atau kalimat.
Namun, secara visual berbeda. Bait di dalam puisi tidak terikat oleh aturan-aturan
paragraf. Menurut Aminudin (1987:146) makna bait di dalam puisi adalah pendukung
suatu kesatuan makna dalam rangka mewujudkan pokok pikiran tertentu yang berbeda