Page 21 - E-MODUL-08-10-24
P. 21
h. Pilihan jawaban yang terdapat gambar, grafik, tabel atau diagram pada
soal harus jelas.
3) Bahasa
a. Butir soal harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah
Bahasa Indonesia.
b. Menggunakan bahasa yang komunikatif.
c. Tidak diperkenankan menggunakan bahasa daerah tertentu, jika soal
tersebut digunakan untuk beberapa daerah dan nasional (Widiyanto,
2018)
Tim Pusat Penilaian Pendidikan (2019) membedakan tes objektif menjadi
lima golongan, yaitu:
1. Tes objektif bentuk salah-benar (true-false test)
Bentuk soal benar/salah dan ya/tidak menuntut peserta tes untuk
memilih dua kemungkinan jawaban. Peserta tes diminta memilih jawaban
benar/salah dan ya/tidak pada pernyataan yang disajikan. Berikut adalah
keunggulan dan keterbatasan bentuk soal dua pilihan jawaban.
Keunggulan bentuk soal dua pilihan jawaban adalah sebagai berikut:
a. Dapat mengukur berbagai jenjang kemampuan kognitif.
b. Materi yang diujikan dapat mencakup lingkup materi yang luas.
c. Jawaban peserta didik dapat diskor dengan mudah, cepat, dan objektif.
Keterbatas bentuk soal dua pilihan jawaban adalah sebagai berikut:
a. Probabilitas menebak dengan benar adalah besar, yaitu 50%, karena
pilihan jawabannya hanya dua, benar/salah dan ya/tidak.
b. Bentuk soal ini tidak dapat digunakan untuk menanyakan sesuatu
konsep secara utuh karena peserta tes hanya dituntut menjawab
benar/salah dan ya/tidak.
Kaidah yang perlu diperhatikan dalam penulisan soal dua pilihan
jawaban (Benar/Salah, Ya/Tidak) adalah materi, konstruksi, dan bahasa.
1) Materi
a. Konsep pada soal harus benar dan mutakhir (perkembangan terbaru)
serta tidak multitafsir.
b. Soal harus sesuai dengan indikator pada kisi-kisi penulisan yang telah
disusun.
c. Soal harus logis ditinjau dari segi materi.
13