Page 16 - My FlipBook
P. 16

serba  kebajikan  serta  menjauhkan  diri  dari  kerusakan  (fasad  fi  al-‘ardh),
                                                                                    5
                 kedhaliman, dan hal-hal lain yang bersifat menghancurkan kehidupan.

                      Selain  itu,  Muhammadiyah  juga  menyatakan  pandangannya  tentang
                 kehidupan  umat  manusia  masa  ini  yang  sarat  paradox.  Kemajuan  dalam
                 bidang ilmu pengetahuan dan teknologi melahirkan pencemaran lingkungan
                 hidup  dan  eksploitasi  alam  yang  tak  terkendali,  berkembangnya  nalar-
                 instrumental  yang  memperlemah  naluri-naluri  alami  manusia,  melahirkan
                 sekularisasi  kehidupan;  pandangan  anti-Tuhan  dan  serba  dikotomik.
                 Kehidupan  modern   melahirkan  antitesis  post-modern  dengan  laku  hidup
                 serba-bebas  (supra-liberal),  serba-boleh  (anarkhis),  dan  serba-menapikan
                 nilai  (nihilisme),  sehingga  memberi  peluang  semakin  terbuka  bagi
                 kemungkinan  anti-agama  (agnotisme)  dan  anti-Tuhan  (atheisme)  secara
                 sistematis. Demokrasi, kesadaran akan hak asasi manusia, dan emansipasi
                 perempuan membawa implikasi pada kebebasan yang melampau batas dan
                                                                                          6
                 egoisme yang serba liberal, destruktif terhadap relasi-harmoni antar manusia.

                      Secara  sistemik  dan  sistematis,  masyarakat  terjebak  pada  egoisme
                 (ta’bid  al-nafs),  penghambaan  terhadap  materi  (ta’bid  al-mawãd),
                 penghambaan terhadap nafsu seksual (ta’bid al-syahawãt), dan penghambaan
                 terhadap  kekuasaan  (ta’bid  al-siyasah)  yang  menggeser  nilai-nilai  fitri
                 (otentik) manusia dalam bertauhid (keimanan terhadap Allah SWT) dan hidup
                 dalam kebaikan di dunia dan akhirat. Globalisasi justeru melahirkan sikap
                 ekstrimisme baru, fanatisme agama tak terkendali, primordialisme etnik, dan
                 kedaerahan  semakin  mengokohkan  sekat  kehidupan  antar  sesama.
                 Neoliberalisme dan kapitalisme global hanya berpihak kepada kaum borjuis
                 dan semakin menistakan hak-hak kaum dlu’afa’ dan mustadl’afin.


                      Pernyataan Pikiran Muhammadiyah Abad Kedua (Zhawahiral-Afkar al-
                 Muhammadiyyah li al-Qarni al-tsani), di antaranya menegaskan bahwa di
                 tengah  kecenderungan  baru  kesemarakan  Islam  di  ruang  publik  terdapat
                 masalah  keummatan  menyeruak  ke  permukaan  seperti  kemiskinan
                 kepemimpinan, komoditisasi agama, konservatisme dan  formalisasi agama




            5 Ibid. Hlm. 17-18
            6  Ibid., hlm. 21-23




            4
   11   12   13   14   15   16   17   18   19   20   21