Page 17 - My FlipBook
P. 17

yang  mengabaikan  kemajuan  dan  substansi,  bias  pandangan  dalam
                memaknai  kemajemukan,  dan  belum  terciptanya  relasi  sosial  yang
                                   7
                berkeadilan gender.

                     Pada    bagian  lain    mengenai    isu-isu   strategis   keummatan,
                Muhammadiyah menyoroti tentang kemajemukan agama, yang dalam skala
                tertentu  seringkali  dampak  negatifnya  mengemuka  dan  meningkatkan
                ketegangan  antar  umat  beragama  di  Indonesia.  Muhammadiyah
                berpandangan  bahwa  kemajemukan  agama  adalah  realitas  obyektif  dalam
                kehidupan  sosial  keagamaan  sebagai  sunnatullah.  Penolakan  terhadap
                kemajemukan  agama  berdampak  sikap  yang  tidak  toleran,  menafikan
                eksistensi pihak lain sehingga menimbulkan perpecahan di kalangan umat dan
                masyarakat.  Muhammadiyah  menerima  pluralitas  agama  tetapi  menolak
                pluralisme  yang  mengarah  pada  sinkretisme,  sintesisme,  dan  relatifisme.
                Karena itu, umat Islam diajak untuk memahami kemajemukan agama dan
                keberagamaan  dengan  mengembangkan  tradisi  toleransi  dan  ko-eksistensi
                (hidup  berdampingan  secara  damai)  dengan  tetap  meyakini  kebenaran
                                         8
                agamanya masing-masing.

                     Pada Muktamar Muhammadiyah ke-47 di Makassar, Muhammadiyah
                mencermati  berbagai  permasalahan  aktual  di  berbagai  ranah  kehidupan
                sehingga perlu disampaikan beberapa isu strategis keummatan, kebangsaan
                dan  kemanusiaan.  Diantaranya  ialah  :  maraknya  fenomena  takfiri  dan
                stigmatisasi  negatif  seperti  liberal,  tuduhan  sesat  dan  sejenisnya.
                Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah dan tajdid perlu membendungnya
                dengan  pendekatan  dakwah  yang  terbuka,  dialogis  mencerahkan,  serta
                                                                            9
                membangun tradisi keberagamaan yang moderat (wasathiyah).

                     Terkait persoalan Sunni-Syi’ah, jika tidak dibendung sedini mungkin,
                kekerasan  yang  terjadi  berpotensi  meluas  dan  mengancam  sendi-sendi
                persatuan  umat  dan  bangsa  Indonesia.  Konflik  Sunni-Syi’ah  merupakan


           7 Pimpinan Pusat Muhammadiyah,   Berita Resmi Muhammadiyah: Tanfidz Keputusan Muktamar
             Satu Abad Muhammadiyah (Muktamar muhammadiyah ke-46) , No. 01/2010, hlm. 19
           8 Ibid. Hlm. 237-238
           9 Pimpinan Pusat Muhammadiyah,   Berita Resmi Muhammadiyah: Tanfidz Keputusan Muktamar
             ke-47 di Makassar, No. 01/2015-2020, hlm. 113




                                                                                         5
   12   13   14   15   16   17   18   19   20   21   22