Page 204 - ASTRONOMI DAN ASTROFISIKA
P. 204
KELAS LUMINOSITAS
Kelas luminositas adalah penggolongan bintang berdasarkan luminositas atau
dayanya. Bintang yang kelas spektrumnya sama dapat mempunyai kelas luminositas
yang berbeda. Pada tahun 1913 Adams dan Kohlschutter di Observatorium Mount
Wilson menunjukkan ketebalan beberapa garis spektrum dapat digunakan untuk
menunjukkan luminositas bintang. Ada garis kuat pada bintang raksasa dan garis
lemah pada bintang katai. Berdasarkan kenyataan ini pada tahun 1943 Morgan,
Keenan dan beberapa rekannya di Observatorium Yerkes membagi bintang dalam
kelas luminositas yaitu:
kelas Ia : maharaksasa yang sangat terang
kelas Ib : maharaksasa yang kurang terang
kelas II : raksasa yang terang
kelas III : raksasa
kelas IV : subraksasa
kelas V : deret utama
Penggolongan ini disebut penggolongan Morgan-Keenan atau penggolongan MK.
Selain kelas di atas ada bintang subkatai (subdwarf) ditulis ‘Sd‘, yaitu bintang
yang terletak sedikit di bawah deret utama dalam diagram HR. Bintang katai putih
ditulis sebagai kelas ‘D‘ (white dwarf). Bintang deret utama seringkali juga disebut
bintang katai. Harap dibedakan antara bintang katai dan bintang katai putih.
Contoh kelas spektrum dan kelas luminositas suatu bintang misalkan bintang
kelas G2 V. Bintang ini adalah bintang deret utama yang kelas spektrumnya G2.
Matahari adalah bintang kelas G2 V. Contoh lain misalnya Deneb dengan kelas A2
Ia, Betelgeuse dengan kelas M2 I, dan Arcturus kelasnya K1 III.
DIAGRAM HERTZSPRUNG – RUSSEL (DIAGRAM HR)
Diagram HR merupakan diagram yang menggambarkan kelas bintang dimana
kelas spektrum (temperatur efektif) pada absis dan kelas luminositas (energi) pada
ordinatnya. Makin panas suatu bintang, makin ke kiri letaknya, dan makin dingin
suatu bintang makin ke kanan letaknya. Makin besar luminositas suatu bintang
(magnitido absolutnya kecil) makin di atas letaknya dan makin kecil luminositas
bintang (M-nya besar) makin di bawah letaknya dalam diagram.
Adapun bintang yang luminositasnya besar namun karena jejarinya besar,
sehingga temperatur efektifnya kecil sesuai dengan hubungan
L
4
T
ef
e 4 R 2
Akibatnya bintang dengan luminositas sama namun memiliki radius yang berbeda
akan memiliki temperatur efektif yang berbeda. Hubungan ini dapat dilihat sebagai
fungsi garis y = x terhadap radius bintang. Makin ke kanan-atas makin besar jari-
jarinya, begitu juga makin ke kiri-bawah makin kecil jari-jarinya. Itu sebabnya
bintang katai putih dengan luminositas yang kecil namun karena jejarinya juga
sangat kecil, sehingga suhu bintang katai putih cukup tinggi untuk berpendar putih
(±6 200 K).
Astronomi dan Astrofisika 203