Page 16 - Buku Pendidikan Karakter Unmul_Basir
P. 16
3
pengetahuan dan keterampilan saja. Demikian pula Instrumen
evaluasi yang digunakan selama ini di pendidikan formal, hanya
menghargai atau mengukur kompetensi kognitif. Penentuan
kelulusan dan penilaian umumnya menggunakan tes tertulis, seperti
pada pelaksanaan ujian semester maupun ujian nasional untuk
kelulusan di sekolah dasar dan menengah. Instrumen seperti ini
hanya mengukur aspek kognitif, dan ini pun sangat terbatas dalam
hal representasi terhadap keseluruhan yang perlu diukur. Aspek
moral, kepribadian dan karakter dalam penyelenggaraan pendidikan
terkesan diminoritaskan atau tidak diapresiasi secara proporsional.
Dan lebih parah lagi, apabila pendidikan moral dan karakter hanya
dinilai dan diukur melalui instrumen untuk pengetahuan belaka.
Sebagai contoh, jika peserta didik telah dapat menyebutkan atau
menuliskan jawaban dari pertanyaan apa yang dimaksud dengan
jujur, bertanggungjawab, disiplin atau berbuat baik lainnya, maka
akan diberikan nilai yang tinggi. Padahal sangat jelas dalam UU No
20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3,
disebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.
Pada penyelenggaran pendidikan selama ini, kita cenderung
kurang mengapresiasi aspek-aspek yang sesungguhnya sangat perlu
dikembangkan pada peserta didik. Aspek yang berkenaan dengan
komponen nilai-nilai karakter yang diperlukan untuk mencapai tujuan