Page 707 - Bu Kek Siansu 01_Neat
P. 707

tertarik sekali. "Apakah rasa cemas itu timbul dari pikiran yang membayangkan

               masa depan, Suheng?"


               "Agaknya jelas demikian, bukan? Yang takut akan sakit tentulah dia yang belum

               terkena  penyakit  itu,  kalau  sudah  sakit,  dia  tidak  takut  lagi  kepada  sakit,

               melainkan takut kepada kematian yang belum tiba. Perlukah hidup dicekam rasa

               takut dan rasa kekhawatiran? Pikiran yang bertanggung jawab atas timbulnya rasa

               takut.  Pikiran  mengingat-ingat  kesenangan  di  masa  lalu,  dan  mengharapkan

               terulangnya kesenangan itu di masa depan, maka timbullah kekhawatiran kalau-

               kalau kesenangan itu tidak akan terulang. Pikiran mengenang penderitaan masa

               lalu  dan  ingin  menjauhinya,  ingin  agar  di  masa  depan  hal  itu  tidak  terulang

               kembali maka timbulah kekhawatiran kalau-kalau dia tertimpa penderitaan itu

               lagi!" "Habis bagaimana, Suheng?"

               "Hiduplah saat ini, curahkan seluruh perhatian, seluruh hati dan pikiran, untuk


               menghadapi saat ini, apa yang terjadi kepadamu di saat ini, bukan apa yang boleh
               terjadi di masa depan, bukan pula mengenang apa yang telah terjadi di masa lalu."


               "Kalau  begitu  kita  menjadi  tidak  acuh  dan  bersikap  masa  bodoh....."  "Justru

               biasanya kita bersikap masa bodoh dan tidak acuh, tidak menaruh perhatian yang

               mendalam terhadap saat ini, karena seluruh perhatian kita sudah dihabiskan untuk

               mengingat-ingat  masa  lalu  dan  untuk  membayang-bayangkan  masa  depan

               dengan  seluruh  pengharapannya,  seluruh  citacitanya,  seluruh  nafsu

               keinginannya, seluruh kesenangan dan kekecewaannya. Justeru kalau bebas dari

               masa lalu tidak lagi ada bayangan masa depan dan kita hidup saat demi saat penuh

               perhatian, dan ini barulah di namakan hidup sepenuhnya, hidup sempurna dan

               lengkap karena kita menghayati hidup dengan penuh kewajaran, tidak terbuai

               dalam aalam kenangan dan harapan yang muluk-muluk namun sesungguhnya

               kosong belaka." Sampai lama hening di situ. Pengertian yang mendalam meresap

               di hati sanubari Swat Hong dan di dalam keheningan itu tercakup seluruh alam

               mayapada.




                                                           706
   702   703   704   705   706   707   708   709   710   711   712