Page 69 - MAJALAH MULIA EDISI OKTOBER 2021 VERSI ONLINE-dikompresi
P. 69
tabiin dalam melaksanakan pe Dawud)
tunjuk Nabi tersebut, maka se Jikapun kemudian Anda ber
cara umum mereka melaku niat mengakhirkan penyembelihan
kan secara penyembelihan dua sebagian ulama membolehkan, se
kambing tersebut pada hari yang bab yang penting adalah niat da
sama. lam penyembelihan itu.
Belum dijumpai riwayat bah Dari sisi pemanfaatan daging
wa mereka memisah waktu nya, pada dasarnya sama dengan
penyembelihan dalam wktu yang daging kurban. Sebagian dimakan
berbeda. Namun demikian bu sendiri dan sebagian disedekahkan
kan berarti bahwa pemisahan tanpa boleh menjual se bagiannya,
waktu tersebut menjadi sesuatu kecuali menurut satu riwayat dari
yang terlarang, sebab memang Imam Ahmad yang memboleh
tidak ada syarat sah aqiqah un kan menjual kulit dan kepalanya.
tuk dilakukan dalam momentum Boleh pula menurut Syafi’iyyah
yang sama. dan Hanabilah untuk menga dakan
Tentu saja penyembelihan walimah/resepsi dalam rangka
pada momentum sebagaimana menyedekahkan aqiqah ini. (Wah
yang dijelaskan Nabi adalah tin bah alZuhaily, alFiqh alIslami:
dakan yang paling menjamin dan IV/2749).
menenangkan. Nabi bersabda: Bila kemudian Anda menging
ِ ِ ِ
ِ
َموي ُهْنَع حب ْ ذُت هتَقيقعِب ٌةَنيهر ٍمَالُغ ُّلُك inkan untuk dimakan bersama saat
ُ َ
َ
َ
ْ َ
momentum kumpul bersama ke
ِ ِ
ىمسيو قَل ْ حيو هعِباس luarga dan tetangga pada bulan
ُ َ
َّ َ ُ َ ُ
َ
Maulid tampak tidak ada masalah
pula. Ibnu Qudamah meriwayatkan
“Setiap anak tergadaikan de dari seorang ulama kalangan tabiin
ngan aqiqahnya. Aqiqah itu di yaitu Ibnu Sirin, beliau me ngatakan:
sembelih pada hari ke tujuh dari “Lakukanlah sesukamu untuk da
kelahiran si bayi. Bayi itu dicukur gingnya” (alMuqhni: XI/120) Wal
dan diberi nama.” (HR. Abu lahu a’lam.*
Safar 1443/Oktober 2021 | MULIA 67