Page 26 - Memahami dan Menemukan Jalan Keluar dari Problem Agraria Krisis Sosial Ekologi
P. 26
property representations. Negara-negara tersebut menurut de
Soto berada dalam kondisi undercapitalized dimana reformasi
makro-ekonomi yang mengasumsikan kaum miskin tidak
memiliki apapun yang bisa digunakan untuk menciptakan
kesejahteraan tidak bisa dilakukan di negara-negara dunia
ketiga dan bekas Soviet. Argumentasi de Soto yang juga men-
jadi agenda Bank Dunia dipraktekkan dalam program serti-
fikasi aset (lahan) yang nantinya dapat dijadikan sebagai
jaminan kredit bank. Pada akhirnya program ini ingin men-
dorong kaum miskin masuk dalam sektor perekonomian yang
lebih luas (formal). Namun demikian, dari beberapa studi,
proyek ini tidak selalu berhubungan positif dengan peng-
entasan kemiskinan (Mitchel, 2005).
Menyimak perkembangan kapitalisme global, tema
primitive accumulation menjadi salah satu kajian mengemuka
dalam merespon berbagai fenomena program Bank Dunia
serta kebijakan Neoliberalisme yang menyertainya. Sebagai
contoh, program sertifikasi lahan yang didorong oleh lembaga
keuangan internasional (World Bank, ADB, dan sebagainya)
berikut kebijakan Neoliberalisme yang menyertainya di dunia
ketiga, menunjukkan proses pelepasan petani dari alat-alat
produksi dan kemudian menjadi tenaga kerja upahan di
perkotaan. Bagi Marx, primitive accumulation merupakan tahap
awal dari sejarah pembentukan masyarakat kapitalistik di-
tandai oleh masuknya petani dalam sistem tenaga buruh lepas
(upahan) disertai tumbuhnya kota-kota baru. Menurut Rosa
Luxemburg (2003), pembangunan (penetrasi) kapitalisme ke
wilayah pedesaan membutuhkan suatu suasana lingkungan
yang memperagakan bentuk-bentuk produksi non-kapitalistik
(natural economy) sebagai pasar dari surplus yang dihasilkan
oleh para pemilik modal, sumber bahan baku dan penyedia
cadangan tenaga kerja dalam sistem upah (buruh lepas). Di
lain pihak, para penganut Neo-Marxian (Harvey, de Angelis
dan Perelman) mengganggap proses tersebut merupakan
12