Page 31 - Memahami dan Menemukan Jalan Keluar dari Problem Agraria Krisis Sosial Ekologi
P. 31

jadi buruh di kota. Pada saat krismon tahun 97-98, ekonomi
                   sedang sulit sehingga banyak yang di-PHK. Ketika kena PHK
                   mereka pulang kampung namun tidak ada yang bisa dikerjakan
                   dan digarap. Lalu beberapa warga masuk ke areal perkebunan
                   HGU untuk menggarap lahan. Waktu itu, beberapa orang
                   menebang ratusan pohon teh untuk dijadikan lahan garapan.
                   Kami harus kejar-kejaran dengan pihak perkebunan, preman
                   yang disewa perkebunan hingga aparat keamanan (brimob).
                   Pada akhirnya, terbentuklah SPP yang awalnya jumlah anggota
                   di desa dangiang hanya 7 orang. Setelah berhasil mendapatkan
                   lahan garapan, kehidupan ekonomi warga meningkat..”


                 Waktu                      Peristiwa
               1940        Masyarakat menggarap tanah yang pada saat itu
                           dikelola oleh kehutanan
               1972/74     HGU PTPN Nusantara VIII
               1974-1997   Masyarakat keluar dari lahan garapan. Akibatnya, 80%
                           penduduk laki-laki migrasi ke kota seperti Jakarta
                           mencari nafkah sebagai penjual golok, pedagang
                           makanan keliling, buruh bangunan, buruh pabrik
                           kerupuk serta pengrajin dompet dan ikat pinggang kulit,
                           dan sebagainya.
               1997        Masa HGU PTPN VIII habis. Krisis ekonomi
                           menyebabkan penghidupan di kota semakin sulit.
                           Warga di perantauan kembali ke desa.
               1998        Beberapa warga desa (sekitar 77 kk) dari desa
                           Mekarmukti dan Sukamukti mulai menggarap kembali
                           lahan terlantar di areal perkebunan. Pihak PTPN
                           Nusantara VIII bersepakat dengan warga dengan
                           memberikan izin kepada petani untuk menggrap lahan
                           tidur dengan sewa garap selama 6 bulan dan diwajibkan
                           untuk membayar sewa kepada pihak PTPN Nusantara
                           VIII
             Juni 1999     PTPN Nusantara VIII membatalkan perjanjian tersebut
                           secara sepihak dengan menutup lahan tersebut dan
                           menancapkan tapal batas bahwa lahan tersebut tidak
                           boleh digarap
             Juli 1999     Masyarakat Sukamukti bersama dengan mahasiswa
                           melakukan pertemuan dengan beberapa aparat militer
                           dari koramil setempat
             Juli 1999     Masyarakat di desa Sukamukti mendapat panggilan
                           dari dari koramil yang tujuannya untuk segera
                           membuat proposal permohonan penggarapan

             17
   26   27   28   29   30   31   32   33   34   35   36