Page 35 - Memahami dan Menemukan Jalan Keluar dari Problem Agraria Krisis Sosial Ekologi
P. 35
akan tetapi operasi tersebut menyebabkan rasa takut petani
(tuan tanah dan buruh tani) sehingga mereka keluar dari
areal garapan mereka.
2004 Dampak operasi Wanalaga Lodaya banyak masyarakat
yang kehilangan mata pencaharaian seperti buruh tani,
petani gurem, tukang ojek, dan lain-lain yang mengatung
diri pada tanah kehutananan yang dulunya tanah
masyarakat. Beberapa bulan pasca operasi Wanalaga
Lodaya, warga yang dulunya menggarap milik tuan tanah
masuk kembali ke lahan garapan menjadi petani yang
menguasai lahan yang ditinggalkan para tuan tanah. Mei
tahun 2004 masyarakat desa hutan diwilayah papandayan
dan cikuray termasuk Desa Sukatani mengadakan audensi
dengan para pihak di kabupaten garut guna membahas
tentang penyelesain konflik hutan di Garut dan
penanganan paska Operasi Wanalaga Lodaya untuk
masyarakat yang terkena dampak operasi tersebut.
Tabel 3. Sejarah Akses dalam Konteks Historis di Desa Sukatani
Pasca 2004, pasca operasi Wanalaga Lodaya di sekitar
kaki gunung Papandayan, relasi buruh upahan-tuan tanah pun
berubah seiring insiatif pendudukan lahan oleh warga yang
telah ditinggalkan oleh para tuan tanah dilanjutkan hadirnya
organisasi gerakan tani lokal SPP. Saat ini, pasca pendudukan
lahan, warga yang dahulu menjadi buruh harian lepas kini
menjadi petani penggarap yang tergabung dalam organisasi
tani lokal SPP di areal kehutanan yang dulunya telah lama
digarap oleh warga desa. Kondisi ini kemudian turut mempe-
ngaruhi kondisi kesejahteraan warga. Sementara para tuan
tanah kemudian tergabung dalam kelompok “Penanaman
Hutan Berbasis Masyarakat” (PHBM) bentukan Perhutani.
Salah seorang petani di Sukatani setelah berhasil menggarap lahan
di areal Perhutani, memaparkan:
“Orang tua Jijang dahulu bekerja sebagai buruh tani dan kuli
panggul. Jijang kecil membantu orangtua sambil sedikit2 belajar
bertani. Sebelum reclaiming, keluarga Jijang menggarap lahan
hutan 4-5 patok. Dulu Jijang menggarap lahan milik orang tua.
Kondisi ekonomi yang demikian tidak mampu membawa Jijang
ke tingkat pendidikan yang baik karena harus membentu
21