Page 39 - Memahami dan Menemukan Jalan Keluar dari Problem Agraria Krisis Sosial Ekologi
P. 39
in Rural Java menegaskan bahwa proses modernisasi di pede-
saan Jawa hanya menguntungkan petani-petani berlahan luas
dan mendorong terjadinya akumulasi penguasaan lahan yang
kemudian menyebabkan petani-petani kecil menjadi buruh
di lahannya sendiri.
Hal yang perlu ditekankan, salah satu ciri utama studi
kajian sosial-ekonomi pedesaan era 90-an (orde pembangunan)
masih bersandar pada paradigma pertumbuhan ekonomi
dengan asumsi “menetes ke bawah” (trickle down efect) yang
menegaskan bahwa peluang bekerja ditentukan oleh peluang
berusaha dimana masih adanya kelembagaan tradisional yang
mengatur kewajiban-kewajiban golongan ekonomi kuat dalam
membantu golongan miskin di desa. Semakin luas peluang
berusaha bagi golongan ekonomi kuat di desa (elite desa)
semakin luas pula peluang bekerja bagi buruh tani atau
golongan miskin di desa. Bagaimana hal terakhir ini bisa
dibuktikan?
Jika kita memperhatikan beberapa data-data dasar dan
umum saja untuk Kabupaten Garut, pembuktian atas efek
“menetes ke bawah” masih terlihat “jauh panggang dari api”.
Dari data Potensi Desa (Podes) Kabupaten Garut tahun 2008
dengan menggunakan metode analisis faktor dihasilkan dua
2
komponen utama dari hasil ekstraksi dan reduksi berbagai
3
variabel Podes dengan pendekatan analisis komponen/faktor
utama (Principal Component Analysis) sebagai pembentuk
tipologi desa, yakni: (1) Tingkat aksesbilitas, dan (2) Tingkat
kesejahteraan mayoritas penduduk desa.
2 Khususnya analisis komponen utama (Principal Component Analy-
sis/ PCA). Selain itu, melalui pendekatan pengkajian kesejahteraan secara
partisipatif (Particopatory Poverty Assessment/ PPA) akan menguraikan
beberapa indikator/ukuran kesejahteraan di dua lokasi penelitian.
3 Untuk mempermudah pengintepretasian hasil, pada umumnya
digunakan 2 faktor saja sehingga posisi individu dapat digambarkan dalam
ruang berdimensi dua (Susetyo, 1990).
25