Page 36 - Memahami dan Menemukan Jalan Keluar dari Problem Agraria Krisis Sosial Ekologi
P. 36

ekonomi keluarga. Seluruh anggota keluarga hanya tamat SD.
                Sulitnya pekerjaan di desa dan akses lahan di hutan makin sulit
                menyebabkan pada tahun 2000 Jijang harus ikut kakaknya
                berjualan ikat pinggang di Tangerang. Ikat pinggang tersebut
                bukan milik sendiri melainkan system setoran ke bos. Jijang
                hanya bertahan lima bulan bekerja di Tangerang. Jijang akhirnya
                pulang ke Desa bertepatan dengan peresmian organisasi SPP di
                Garut oleh Bupati. Bersama 8 orang temannya (di antaranya
                Asep A, Naim, Ade Masdar, Asep, Aep), mereka berangkat ke
                Garut dan curhat tentang tanah. Disana bertemu dengan aktivis
                SPP. Pada tahun 2002-2003 mereka cek ke lokasi perhutani dan
                melakukan pengukuran. Kegiatan terus berlanjut, beberapa
                pelatihan dilakukan untuk membekali anggota agar dapat
                berargumentasi ketika berhadapan dengan pihak perhutani.
                Pada masa pengawasan perhutani ketat, warga hanya berani
                menggarap 2 patok dan dengan cara sembunyi-sembunyi. Waktu
                berangkat dan pulang disesuaikan dengan tidak adanya petugas
                perhutani, sehingga mereka berangkat jam 3.30 pagi dan pulang
                jam 7 pagi saat petugas belum tiba di lokasi. Strategi menghadapi
                petugas adalah memanfaatkan lahan perhutani secara ber-
                dekatan. Di awal penggarapan ada dua orang yang ikut garap
                dan perlahan-lahan meningkat. Di awal penggarapan, petani
                menanam ubi jalar sambil beternak kambing. Daun ubi jalar
                dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Setelah berhasil menanam
                ubi jalar, petani mulai mengembangkan komoditas kol dan
                jumlah garapan perlahan mulai bertambah. Warga karihkil dan
                panagan kemudian bertanya-tanya tentang bagaimana cara
                menggarap di lahan perhutani. Jika di awal penggarapan
                keluarga Jijang hanya menggarap 2 patok, maka saat ini, satu
                keluarga (7 orang anggota RT) memiliki 20 patok lahan garapan
                di hutan perhutani dengan dibantu oleh 1 orang buruh.
                Perkembangan tingkat kesejahteraan yang mulai tampak adalah
                Jijang kini bahkan sudah dapat memperoleh tanah gadai 7 patok
                yang saat ini sedang ditanami kentang (5 patok). 7 patok digadai
                terbagi dalam 2 tahap penggadaian yaitu 3 patok sudah digadai
                sejak 2 tahun terakhir, sedangkan 4 patok baru digadai 1 tahun
                terakhir. Jijang memperoleh tanah gadai milik pak Diryi yang
                kebetulan saat itu orang yang bersangkutan sedang membutuh-
                kan uang. Proses perkenalan Jijang dengan pertanian diiringi
                dengan hobi beternak sapi hingga berhasil memiliki sapi 3 ekor

                                                                  22
   31   32   33   34   35   36   37   38   39   40   41