Page 6 - ASHA-WPS Office
P. 6
"Sha?" panggil Rinjani namun tak ada balasan dari sang empu pemilik nama lengkap Asha Naraya.
"Sha, are u oke?" Tanya Rinjani sekali lagi pasalnya ia melihat dan merasakan tangan dan kaki temannya
bergetar.
"Ha? ya, I'm ok" akhirnya Asha menjawab meskipun dengan nada bergetar ia tersenyum ke arah Rinjani
"Sha, kamu disuruh maju sama Bu Lilis itu"
"Iya disuruh ngerjain soal yang dipapan tulis"
"Ayo cepetan"
"Lelet banget sih"
Sekiranya begitulah suara celotehan para temannya yang menyuruh Asha untuk segera maju, Bu Lilis
yang merasa ada yang aneh pun menghampiri Asha dan.... yang ia lihat seperti apa yang Rinjani lihat
barusan dan apa yang Asha rasakan.
"Anak- anak Lihat deh si Asha masa ibu suruh maju aja udah tremor seluruh tubuh hahaha" ledek Bu Lilis,
masih dengan ketawanya ia melanjutkan bicaranya "kamu kenapa tremor hm? Takut ya? Pasti ga enak
banget ya" tanya Bu Lilis yang masih setia berada didekat Asha, ia menunjukkan ekspresi kasian
sekaligus meledek, tak lama Bu Lilis menyemburkan tawanya.
Asha hanya diam, ia mendengar semua perkataan ibu guru itu dan melihat bagaimana puasnya baliau
tertawa bahkan teman sekelas ada juga yang menertawakannya, mereka salah, MEREKA SEMUA SALAH,
ia begini bukan karena takut tapi seperti otomatis langsung dan itu susah dihentikan pernah ia mencoba
memukul dadanya agar berhenti berdetak kencang saat itu, berhasil namun ia tak mau melakukannya
lagi cukup waktu itu saja.
Mereka berpikir begitu seolah mereka paling tahu apa yang dirasakan olehnya
'oke Asha kamu harus buktikan kalau kamu gak kaya apa yang mereka bilang, kamu harus buktiin ke
mereka semua yang menertawakanmu bahwa Asha bukan orang yang seperti mereka pikirkan' batin
Asha
Asha yang semula menunduk kini ia menegakkan kepalanya, ia berdiri "Permisi saya mau lewat, saya
mau maju ke depan untuk mengerjakan soal dipapan tersebut" Asha memulai pembicaraannya
meskipun suara bergetarnya masih bisa terdengar namun ia tak boleh kalah ia harus membuktikan ke
semua orang disini, ia harus bangkit, kata orang jika terbiasa maka rasa itu akan hilang sejalan dengan
kita terus berjalan maju meruntuhkan tembok kokoh itu sendiri
Percaya kamu bisa
Asha pun maju kedepan, memulai menulis jawaban dari soal tersebut meskipun kakinya terasa lemas
dan tangan yang sudah tak kuat memegang spidol hitam itu tapi ia teruskan bahkan dari jumlah yang