Page 8 - Hubungan Kesultanan Demak dan Cirebon
P. 8
mengancam untuk membumihanguskan Sunda Kelapa. Peperangan pun terjadi
antara pasukan portugis dan Islam. Pasukan Islam dibawah pimpinan Fatahillah dan
dibantu oleh pangeran Cirebon bernama Adipati Cangkuwang. Kemenangan
pasukan Islam menjadi pil pahit bagi Portugis dan membuat Sultan Trenggana
14
diliputi kebahagiaaan yang luar biasa.
Pola hubungan politik antara kesultanan Demak dan Cirebon adalah melihat
ilmu politik sebagai ilmu yang memusatkan perhatian dan perjuangan untuk
memperoleh dan mempertahankan kekuasaan, mempengaruhi pihak lain ataupun
15
menentang pelaksanaan kekuasaan. Dalam hal ini Kesultanan Demak
mempengaruhi kesultanan Cirebon untuk memperoleh kekuasaan dari pihak lain
(portugis). Hubungan Politik antara dua kesultanan ini, digunakan untuk
memperkuat diri menghadapi kerajaan-kerajaan bukan Islam, yang mengancam
eksistensi, kehidupan politik, maupun ekonomi. faktor utamanya yaitu untuk
merebut Sunda Kelapa, karena dengan menguasai Sunda Kelapa, akan menjadikan
kerajaan semakin maju.
2. Hubungan Keagamaan
Keberhasilan dakwah Sunan Gunung Jati diketahui oleh para Walisongo
kemudian diangkatlah Ia dan diberi gelar Panatagama Rasul di tanah Sunda yang
berarti Sunan Gunung Jati disejajarkan kedudukannya dengan para wali. Setelah itu
Sunan Gunung Jati berkunjung ke Demak atas undangan Raden Patah beserta para
wali lainnya guna menyelesaikan masjid Demak dan melakukan pertemuan dengan
16
para wali untuk membahas penyebaran agama Islam ke wilayah Pajajaran.
Salah satu bukti adanya hubungan keagamaan antara Kesultanan Demak dan
Cirebon yaitu bisa dilihat dari pembangunan masjid agung sang cipta rasa yang
lebih dikenal sebagai masjid agung Cirebon. Masjid ini dibanguun oleh Sunan
Gunung Jati dan Sunan Kalijaga pada abad ke-15, atau sekitar tahun 1480-an
bersamaan dengan masa penyebaran Islam di Pulau Jawa oleh Walinsongo. Konon
masjid ini dibangun hanya dalam waktu semalam yang melibatkan sekitar 500
14 Rohim Abdul, “Perlawanan Demak terhadap Portugis 1513-1527”, Skripsi, Fakultas Adab dan
Humaniora UIN Sunan Ampel Surabaya, 2017, hlm. 74-79.
15 Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, (Jakarta: PT. Grasindo, 2010), hlm. 7.
16 Ivan Taniputera, Ensiklopedi Kerajaan-Kerajaan Nusantara..., hlm. 40.
5

