Page 30 - ok 119
P. 30
Persiapan pasien dalam melakukan pembidaian yang pertama
adalah menempatkan pasien pada posisi yang terbaik agar seluruh
bagian yang mengalami cedera dapat diakses dengan mudah, lalu
melepaskan seluruh perhiasan dan pakaian pada bagian tubuh yang
akan dibidai. Kemudian, lakukan pemeriksaan fisik dengan cermat
pada bagian yang mau dilakukan pembidaian, termasuk denyut nadi
pada distal area yang cedera, fungsi motorik dan sensorik. Perawatan
luka pada area kulit maupun jaringan penyambung lainnya perlu
dilakukan sebelum memasang bidai. Pada fraktur terbuka maka perlu
dilakukan kontrol perdarahan terlebih dahulu serta mengembalikan
fragmen tulang yang “menonjol” keluar lewat luka. Apabila
perdarahan sudah dikontrol, maka baru dilakukan pembidaian. Pada
keadaan dislokasi sendi, maka perlu dilakukan reduksi
tertutup terlebih dahulu untuk merelokasi sendi. Kemudian
pembidaian baru dilakukan untuk mempertahankan ekstremitas pada
posisi anatomisnya. Apabila tidak ada tanda-tanda gangguan vaskular
atau keadaan yang mengancam terjadinya kerusakan kulit, serta
gangguan hemodinamik, maka perlu dilakukan rontgen sebelum
diberikan terapi.
Peralatan
Petugas kesehatan yang akan melakukan pembidaian perlu
menggunakan alat pelindung diri (APD). Untuk pembidaian itu sendiri,
alat dan bahan tergantung dari jenis bidai yang digunakan. Untuk soft
splint, maka bidai yang digunakan dapat berupa plaster atau perban
elastik dengan klip plester, dapat juga berupa keluaran pabrik
seperti posterior splint .
Untuk bidai keras yang konvensional dapat menggunakan
bahan kayu yang diberikan bantalan (padding) sehingga memberikan
ruang pada keadaan edema akut. Panjang bidai harus melewati 2
sendi yang berhubungan dengan bagian yang akan dibidai. Di
23
MODUL PRAKTIKUM