Page 140 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 29 DESEMBER 2021
P. 140

Ringkasan

              Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil meminta para buruh untuk bisa memahami terkait kebijakan
              masalah  upah  di  Jabar  dan  Jakarta.  Ridwan  Kamil  menjelaskan,  Jakarta  tidak  memilili  UMK
              seperti halnya Jabar yang memiliki 27 UMK dan 1 Upah Minimum Provinsi (UMP).



              INI PENJELASAN RIDWAN KAMIL SOAL PERBEDAAN KEBIJAKAN UPAH JABAR DAN
              JAKARTA
              Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil meminta para buruh untuk bisa memahami terkait kebijakan
              masalah  upah  di  Jabar  dan  Jakarta.  Ridwan  Kamil  menjelaskan,  Jakarta  tidak  memilili  UMK
              seperti halnya Jabar yang memiliki 27 UMK dan 1 Upah Minimum Provinsi (UMP).

              "Jakarta itu gak ada UMK-nya dia tak ada ajuan dari bupati dan wali kotanya. Jadi seorang
              gubernur DKI bisa mengoreksi. Logika ini dipakai untuk menilai para gubernur yang berbeda
              dengan DKI," ucap Emil, sapaan akrabnya, di Gedung Sate, Kota Bandung, Selasa (28/12).

              Masih dijelaskan Emil, Gubernur non-DKI tugasnya ibarat Tukang Pos yang menyetempel usulan
              dari bawah. Kalau usulan dari bawahnya tidak berubah maka tidak ada perubahan.

              "Jadi Jabar tak berubah karena bupati/wali kota tak ada yang mengusulkan revisi sampai detik
              terakhir. Kalau bertanya seolah ada harapan gubernur merevisi artinya saya disuruh melanggar
              aturan," ungkapnya.

              "Karena kewenangan gubernur di luar DKI, makanya jangan dibandingkan. Menurut saya gak
              mendidik, itu membuat saya bertahan," tambahnya.

              Emil  mengatakan,  saat  ini  dirinya  tengah  melakukan  pendekatan  pada  Asosiasi  Penguasa
              Indonesia (Apindo) untuk menaikan upah sebesar 3-5 persen sebagai salah satu solusi.

              "Cara naiknya saya bikin surat edaran dimana Apindo sudah bikin surat ke Gubernur bahwa akan
              patuh untuk penyesuaian upah bagi mereka yang setelah satu tahun bekerja. Karena aturannya
              tetap  harus  ada  kesepakatan  dengan  pengusaha.  Cuma  kita  bikin  rumus  matematikanya,"
              jelasnya.

              "UMK itu hanya untuk yang baru masuk, jumlah buruh baru masuk cuma 5 persen. Nah saya
              akan buat aturan untuk yang 95 persen akan naik. Tapi diskusi ini kan kekeuh, padahal bisa.
              Tawaran Jabar, UMK-nya ngikut PP 36 untuk yang 5 persen pegawai baru. 95 persennya bisa
              naik antara 3-5 persen. Nah ini yang kami wacanakan," sambungnya.

              Diakui Emil, jika persoalan pengupahan buruh ini sangat berat bagi kepala daerah. Menurutnya,
              kepala daerah hanya jadi korban proses dari formulasi pengupahan yang disusun pemerintah
              pusat.

              "Kenapa beda? ya begitulah politik upah itu carut-marut sejak zaman kapan. Kita mah korban
              dari  proses  yang  awalnya  gak  jelas.  Jadi  tiap  tahun  kepala  daerah  dibentur-benturkan,"
              Karenanya, Emil pun meminta apabila masalah pengupahan, seharusnya disampaikan langsung
              oleh pemerintah pusat.

              "Makanya saya bilang kalau daerah tidak boleh ada diskresi lagi sudah ketok palu saja oleh
              menteri. Jangan nyuruh bupati ngajuin, jangan nyuruh gubernur stempel berikut gak boleh juga
              berwacan. Tiba-tiba DKI masuk, buruh menilai jika Pak Anies bisa semua gubernur bisa, karena
              gak paham logikanya," tandasnya.


                                                           139
   135   136   137   138   139   140   141   142   143   144   145