Page 23 - KLIPING KETENAGAKERJAAN 7 agustus 2019
P. 23
tetap kami kejar dia sampai bayar," tegas Konjen Hery, dalam keterangan tertulis
yang diterima Redaksi Elshinta, Selasa (6/8).
Ditambahkan Konjen, pengurusan gaji menjadi rumit di pengadilan dan maktab
amal (kantor tenaga kerja) ketika PMI menandatangani atau membubuhkan cap
jempol pada lembaran yang dia sendiri tidak mengerti isinya. Ternyata terungkap
kemudian kertas tersebut berisi pernyataan serah-terima gaji.
Meski demikian, KJRI Jeddah mengapresiasi kecermatan, ketelitian dan kerja sama
baik dari instansi berwenang di Arab Saudi yang telah berupaya mengungkap fakta
terkait permasalahan gaji meskipun harus melalui beberapa tahapan sidang yang
berbelit-belit.
Permasalahan tersebut diamini oleh Konsul Tenaga Kerja Mochamad Yusuf yang
kesehariannya berjibaku dengan berbagai permasalahan yang mendera PMI. Mulai
dari persoalan gaji tak dibayar, nilai upah yang tidak sesuai kontrak, masa kerja
melebihi kontrak dan tidak dipulangkan.
"Kalau bahasa lisan, mereka sudah paham. Tapi ketika harus menandatangani
sesuatu atau membubuhkan cap jempol atas permintaan majikan, dia tidak tahu itu
isinya apa. Ini yang membuat proses persidangan di pengadilan dan maktab amal
(kantor tenaga kerja) jadi berbelit-belit," terang Yusuf.
Namun, imbuh Yusuf, ketika diwawancarai dalam sesi berita acara pemeriksaan
(BAP) oleh petugas, PMI tadi mengaku belum digaji oleh pengguna jasa hingga
tahunan lamanya.
KJRI memberlakukan SOP wawancara dengan pemohon pelayanan di ruang khusus,
tanpa kehadiran atau pendampingan pengguna jasa atau pihak yang mewakilinya.
Pascamoratorium pengiriman PMI tak-berkeahlian (unskilled), sopir rumahan, dan
asisten rumah tangga, permasalahan masih saja bermunculan. Tidak sedikit WNI
perempuan yang direkrut perusahaan untuk bekerja sebagai tenaga kebersihan di
kantor-kantor dan instansi di Arab Saudi, tapi kemudian disalurkan ke sektor rumah
tangga.
Sebagian mereka diberangkatkan dengan visa ziarah (kunjungan) tapi diberikan
iqamah (kartu izin menetap dan bekerja). Tidak betah karena merasa tertekan
dengan beban pekerjaan dan besaran upah tidak sesuai kesepakatan, mereka
memilih kabur ke KJRI.
Page 22 of 56.