Page 26 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 27 SEPTEMBER 2021
P. 26

President KPI Mathias Tambing menyampaikan bahwa Undang-Undang (UU) tersebut tersebut
              belum  menyentuh  substansi  dalam  memberikan  perlindungan  bagi  pelaut  Indonesia  yang
              bekerja di luar negeri.

              Dia mengatakan, pelaut merupakan salah satu pekerjaan yang memiliki tanggung jawab besar
              dan risiko tinggi, seperti kecelakaan kapal hingga tenggelam.

              Untuk mencegah risiko itu, diperlukan kualifikasi pekerja sebagai pelaut yang lebih ketat dan
              pemberian perlindungan hukum bagi pelaut yang diatur secara komprehensif.

              "Namun, dalam salah satu pasal di UU Nomor 18/2017 tentang Perlindungan Pekerja Migran
              Indonesia  hanya  disebutkan  bahwa  pelaut  yang  bekerja  di  luar  negeri  merupakan  pekerja
              migran,  tetapi  tidak  ada  penjabaran  lebih  lanjut,"  ujarnya  melalui  keterangannya,  Minggu
              (26/9/2021).

              Menurutnya, UU Nomor 18/2017 perlu diperkuat agar bisa mengakomodir perlindungan bagi
              Pelaut.  Dia  pun  meminta  beleid  tersebut  dibedah  dan  bila  perlu  diuji  materi  ke  Mahkamah
              Konstitusi (MK) terkait dengan efektifitasnya.

              Dia  menekankan,  selama  ini  pelaut  memiliki  peran  penting  dan  strategis  sebagai  penggerak
              kelancaran perpindahan orang dan barang, menjamin komoditas di dunia berjalan dengan aman,
              lancar, dan selamat sampai tujuan.

              Oleh  sebab  itu,  dia  menilai  bahwa  pemerintah  Indonesia  perlu  menyiapkan  regulasi  yang
              mumpuni dalam rangka memberikan perlindungan bagi para pelaut yang bekerja di kapal-kapal
              Internasional atau di luar negeri.

              Apalagi,  imbuhnya,  Indonesia  merupakan  salah  satu  negara  yang  memiliki  jumlah  pelaut
              terbesar di dunia, dan sudah sepatutnya pemerintah terus berupaya melindungi pelautnya.
              Mathias  juga  mengemukakan,  ketentuan  perundang-undangan  nasional  yang  hingga  kini
              dinilainya  belum  seimbang  dan  menimbulkan  ketidakpastian  hukum  berdampak  pada
              perlindungan pelaut Indonesia masih rendah dan belum sesuai standar internasional.

              "Hal  ini  dibuktikan  dengan  berbagai  permasalahan  yang  telah  dialami  pelaut,  antara  lain
              penipuan pekerjaan fiktif, upah tidak dibayar, dokumen palsu, hingga perbudakan di atas kapal,"
              jelasnya.

              Berdasarkan data Kementerian Perhubungan (Kemenhub) total pelaut Indonesia mencapai 1,2
              juta orang per Februari 2021. Para pelaut itu bekerja di kapal perikanan maupun niaga.

              Bahkan,  Kementerian  Koordinator  Bidang  Kemaritiman  dan  Investasi  memperkirakan  potensi
              penerimaan negara dari pelaut Indonesia di luar negeri mencapai sekitar Rp151,2 triliun setiap
              tahun.

















                                                           25
   21   22   23   24   25   26   27   28   29   30   31