Page 255 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 28 JULI 2020
P. 255

Sementara  itu  sektor  pertanian  dan  perkebunan,  di  sisi  lain  justru  hampir  tidak  merasakan
              dampak pandemi sama sekali, begitu pun dengan sektor industri.

              Nazrizal berharap, agar kondisi dampak pandemi dapat segera pulih sehingga para pekerja yang
              terdampak  itu  bisa  kembali  bekerja.  "Itu  yang  tenis  kami  kawal.  Kami  tenis  berkomunikasi
              dengan perusahaan-perusahan di Sumbar. Mencari jalan agar bagaimana kondisi bisa kembali
              pulih seperti semula. Salah satu hal yang selalu kami tekankan adalah, pandemi Covid-19 bukan
              alasan bagi perusahaan untuk melakukan PHK terhadap pekerjanya," ujarnya lagi.
              Sejauh ini berdasarkan komunikasi Disnakertrans dengan para pengusaha,

              sambungnya,  diperoleh  informasi  bahwa  pada  periode  Juli-Agustus  merupakan  masa-masa
              paling kritis. Banyak yang memprediksi pada periode ini akan terjadi ledakan PHK di Sumbar.
              Pasalnya,  pada  periode  ini,  banyak  perusahaan  yang  masih  recovery  atau  baru  kembali
              beroperasi pasca dihantam pandemi.

              "Namun, ada juga pekerja yang sudah kembali bekerja. Soal berapa jumlahnya, kami belum
              bisa memastikan, karena kami juga masih menghimpun data-datanya," kata Nazrizal lagi.

              Salah  satu  sumber  data  yang  akan  jadi  pegangan  Disnakertrans  Sumbar  dalam  hal  ini,
              sambungnya, adalah data-data peserta yang lulus program Kartu Prakerja. Akan tetapi, Nazrizal
              mengaku bahwa hingga saat ini pihaknya belum menerima data-data tersebut dari pemerintah
              pusat.  "Kartu  Prakerja  sendiri  dikelola  sepenuhnya  oleh  pemerintah  pusat.  Daerah  hanya
              mengawal  dan  menyosialisasikan,  serta  mengajak  masyarakat  memanfaatkan  program  itu,"
              ujarnya menutup.

              Menunggu Gerak Pemerintah

              Di sisi lain, Anggota Komisi II DPRD Sumbar, Safaruddin Datuak Bandaro Rajo mengatakan,
              pemerintah harus turun tangan mengatasi peningkatan angka pengangguran akibat
              pandemi Covid-19 ini. Menurut politisi Golkar itu, salah satu langkah yang bisa diambil adalah
              memberikan modal usaha dengan bunga ringan.

              "Karena pandemi, memang banyak karyawan perusahaan yang dirumahkan. Jangankan untuk
              bayar gaji, untuk operasional perusahaan saja susah. Justru karena itu, pemerintah harus turun
              tangan,  melalui  pihak  perbankan,  berikan  modal-modal  usaha,  dengan  persyaratan  yang
              mudah. Bisa juga dalam bentuk stimulus bunga ringan dan sebagainya. Kalau tidak, usaha-
              usaha ini tak akan bergerak," ucap dewan dari Dapil Payakumbuh-Lima-puluh Kota tersebut.

              Kemudian,  sambung  Safaruddin,  pemerintah  harus  menggenjot  sektor  pertanian  agar  lebih
              produktif. Hal ini karena, salah satu andalan yang menghidupkan roda perekonomian di Sumbar
              adalah bidang pertanian.

              "Petani-petani kita di kampung kan tetap berusaha. Mereka yang pulang dari rantau karena
              terdampak Covid-19 sudah banyak yang kembali bertani. Tapi kembali ke yang tadi, berusaha
              tanpa modal akan sulit. Tinggal bagaimana pemerintah mendukung dengan modal bunga ringan
              dan teknologi," tukasnya.

              Terkait kehilangan pekerjaan yang dialami warga selama masa pandemi, Ketua Komisi II DPRD
              Sumbar  Arkadius  Datuak  Intan  Bano  juga  berharap,  agar  pemerintah  mencari  solusi
              menanggulangi  peningkatan  angka  pengangguran  tersebut.  Politisi  Demokrat  menekankan
              bahwa pekerjaan ini adalah pekerjaan rumah (PR) utama pemerintah.

              "Disnakertrans  Sumbar  mencatat  ada  ribuan  pekerja  yang  dirumahkan  dan  di-PHK  akibat
              dampak Covid-19. Kami berharap PHK hendaknya dijadikan opsi terakhir, perusahaan harusnya

                                                           254
   250   251   252   253   254   255   256   257   258   259   260