Page 255 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 7 OKTOBER 2020
P. 255

Besok ke DPR

              Terpisah, Ketua Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) Karawang Ferri Nuzarli juga menyebut,
              sekitar  200.000  buruh  di  Karawang  mengikuti  aksi  mogok  nasional  sebagai  protes  atas
              disahkannya UU Cipta Kerja.

              Aksi mogok dilakukan selama tiga hari mulai Selasa (6/10) kemarin hingga Kamis (8/10) besok.
              Mogok dilakukan di depan pabrik masing-masing. "Aksinya di depan pabrik masing-masing, agar
              tidak bercampur dengan buruh dari pabrik lain." ungkap Ferri.

              Ferri mengatakan, pada 8 Oktober 2020 besok rencananya sebagian buruh akan menggelar aksi
              di DPR RI.

              Kami minta UU Cipta Kerja dicabut. Buruh di Karawang ikut aksi mogok nasional." ucapnya.

              Merasa dipermainkan

              Reaksi  terhadap  omnibus  law  UU  Cipta  Kerja  tidak  hanya  dari  kalangan  buruh  saja.  Ketua
              Lembaga  Pendidikan  (LP)  Ma'arif  Nahdatul  Ulama  (NU)  Arilin  Junaldl  juga  mengungkapkan
              kekecewaannya  atas  masuknya  klaster  pendidikan  pada  Undang-undang  Cipta  Kerja.  Arilin
              mengatakan pihaknya sempat dijanjikan oleh Ketua Komisi X DPR RI Syaiful Huda bahwa klaster
              pendidikan bakal dihapus dari draft RUU Cipta Kerja. Namun, nyatanya setelah disahkan klaster
              pendidikan masih ada di dalam UU Cipta Kerja.

              "Sebelumnya Ketua Komisi X DPR sudah menyampaikan kepada kami, melalui masyarakat bahwa
              soal pendidikan ini di-drop dari UU Cipta Kerja. Tapi ternyata masih tetap ada. karena itu kami
              tentu sangat kecewa. Kami merasa dipermainkan." ucap Arifin saat dikonfirmasi. Selasa (6/10).

              "Jadi  saya  tidak  tahu  ini,  rezim  apa  ini,  menganggap  pendidikan  sebagai  komoditas  yang
              diperdagangkan begitu." tambah Arifin. Arilin mengatakan tidak selayaknya kegiatan pendidikan
              ditujukan untuk memperoleh keuntungan. Menurutnya, pasal 65 UU Cipta Kerja mengarahkan
              kegiatan pendidikan menjadi upaya mencari laba karena terdapat aturan perizinan usaha.

              "Masa bunyinya pasal 65 itu pelaksanaan pendidikan dapat dilakukan melalui perizinan berusaha.
              Di dalam undang-undang itu izin usaha sama dengan izin usaha. Jadi ada upaya mencari laba,"
              kata  Arifin.  Padahal  selama  ini,  Arilin  mengatakan  LP  Ma'arif  NU  tidak  pernah  mengejar
              keuntungan dalam menjalankan pendidikan.

              Ambyar

              Kekecewaan  juga  diungkapkan  Direktur  Lembaga  Pengkajian  Pangan.  Obat-obatan.  dan
              Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) Lukmanul Hakim.

              Ia menilai, Undang-Undang (UU) Cipta Kerja telah merusak esensi dari sertifikasi halal. Sebab,
              menurut  dia.  UU  Cipta  kerja  lebih  fokus  pada  perlindungan  produsen,  bukan  konsumen.
              "Menurut saya seolah Undang-Undang Cipta Kerja ini terkait masalah halal karena dia masuk
              dalam rezim perizinan, maka substansi halalnya menjadi ambyar." kata Lukman kepada Kompas,
              com, Selasa (6/10).

              Lukman  mengatakan,  hal  itu terlihat  dari  beberapa  pasal yang  ada  di UU  Cipta Kerja,  salah
              satunya pasal mengenai auditor halal. Menurut dia. UU Cipta Kerja yang mengubah Pasal 10
              Undang-Undang Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal, telah
              menghilangkan ketentuan adanya sertilikasi auditor halal dari MUI. Perubahan regulasi dalam
              Pasal 10 UU Jaminan Produk Halal itu diatur dalam Pasal 48 Undang-Undang Cipta Kerja.

              "Auditor itu adalah saksi daripada ulama. Saksi dari pada ulama, maka dia harus disetujui oleh
              ulama." ujar dia. (jhs/maz/abs/jos/m23/ dik/bum/TribunlVetwork)
                                                           254
   250   251   252   253   254   255   256   257   258   259   260