Page 266 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 7 OKTOBER 2020
P. 266

Pembahasan RUU Cipta Kerja yang dikebut DPR dan pemerintah menyakiti hati para korban
              kekerasan seksual yang terus menantikan RUU Penghapusan kekerasan Seksual. DPR juga dinilai
              mengabaikan  penantian  para  pekerja  rumah  tangga  (PRT)  yang  sudah  16  tahun
              memperjuangkan RUU Perlindungan PRT.

              Kekecewaan dan kemarahan disampaikan para aktivis perempuan dan anak dalam Aksi Selasaan
              Ke-14 Gerak Perempuan, Selasa (6/10/2020), secara daring. Mereka menggelar aksi pita ungu
              dan doa bersama sebagai wujud keprihatinan terhadap kilatnya pembahasan RUU Cipta Kerja
              yang kontroversial. Sementara RUU Penghapusan Kekerasan Seksual tak kunjung dibahas.

              "Kasus kekerasan seksual (harus) segera punya payung hukum supaya tidak meningkat dari
              tahun ke tahun," ujar Suci dari Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sultan
              Ageng Tirtayasa Banten.

              Lambannya  pembahasan  RUU  Penghapusan  Kekerasan  Seksual  dan  RUU  Perlindungan  PRT
              adalah  cerminan  bahwa  agenda penghapusan  kekerasan  terhadap  perempuan  tidak  menjadi
              prioritas. "Pengesahan Omnibus Law Cipta Kerja dalam Sidang Paripurna DPR pada tanggal 5
              Oktober  2020  dengan  dukungan  penuh  pemerintah,  dalam  hal  ini  Presiden  Joko  Widodo,
              bertentangan  secara  langsung  dengan  semangat  perlindungan  pekerja  rumah  tangga  dan
              pemenuhan hak korban kekerasan seksual," ujar Eva Nurcahyani saat membacakan pernyataan
              sikap Gerak Perempuan.

              Karena itu, para aktivis muda mendesak DPR segera menetapkan RUU Penghapusan Kekerasan
              Seksual masuk Prolegnas Prioritas 2021 dan mengagendakan pembahasan RUU tersebut.

              Kecewa

              Pada  hari  yang  sama,  Komisi  Nasional  Anti  Kekerasan  terhadap  Perempuan  (Komnas
              Perempuan)  juga  menyampaikan  kekecewaan  kepada  DPR  karena  dalam  Rapat  Paripurna  6
              Oktober 2020 belum juga mengesahkan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual masuk Prolegnas
              Prioritas  2021.  Komnas  Perempuan  mendesak  DPR  segera  mewujudkan  hak  korban  dengan
              menetapkan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual sebagai Prolegnas Prioritas 2021 pada rapat
              paripurna mendatang setelah masa reses.

              Sebelumnya, Taufik Basari, anggota Badan Legislasi DPR, Minggu (4/10), mengatakan, Fraksi
              Nasdem mendukung RUU Penghapusan Kekerasan Seksual masuk Prolegnas Prioritas 2021. "Apa
              yang dilakukan teman-teman adalah bagian dari demokrasi sekaligus pengingat bagi anggota-
              anggota dan fraksi di DPR bahwa saat ini kita sedang berada dalam keadaan darurat kekerasan
              seksual,  dan  karenanya  RUU  Penghapusan  Kekerasan  Seksual  harus  segera  dibahas  untuk
              diundangkan," kata Taufik. (SON)























                                                           265
   261   262   263   264   265   266   267   268   269   270   271