Page 313 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 7 OKTOBER 2020
P. 313

negative - Elly Rosita Silaban (Presiden Konfederasi Serikat Buruh Seluruh Indonesia (KSBSI))
              Mengenai  pegawai  kontrak  juga  kami  perjuangkan  agar  kembali  ke  peraturan  lama.  Namun
              ternyata tidak. Kemudian ketentuan outsourcing kami minta hanya pada sektor tertentu, tapi
              ternyata dibuka seluas-luasnya hanya aspek perlindungannya yang ditambahi

              neutral - Anwar Sanusi (Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kementerian Ketenagakerjaan) Kami ingin
              poin-poin yang harus diatur di Peraturan Pemerintah (PP) segera bisa kami keluarkan. Mudah-
              mudahan di tahun ini sudah bisa kami keluarkan seluruhnya

              positive - Anwar Sanusi (Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kementerian Ketenagakerjaan) Apalagi
              dalam situasi yang sangat susah seperti saat ini, kita harus menjalankan berbagai upaya dan
              usaha untuk mendorong lahirnya pengusa-ha-pengusaha baru yang akan mendorong penciptaan
              lapangan pekerjaan baru serta menyerap tenaga pekerja



              Ringkasan

              Pengesahan Rancangan Undang-Undang (RUU) Cipta Kerja yang dilakukan pada Senin (5/10)
              bakal mengubah wajah sistem perburuhan nasional ke depan. Setidaknya hal ini dapat tercermin
              dalam perubahan yang diatur dalam UU Cipta Kerja dalam klaster ketenagakerjaan (lihat tabel).

              Pengamat Ketenagakerjaan dari Universitas Airlangga (Unair) Hadi Subhan menilai, hubungan
              industrial di Tanah Air pasca pengesahan UU Cipta Kerja bakal memburuk. Menurut dia aturan
              berat  sebelah  dengan  pro  ke  pengusaha  dengan  dalih  menggaet  investasi  malah  berpotensi
              menurunkan produktivitas kalangan pekerja.



              OMNIBUS LAW BUKAN OBAT AJAIB

              Pengesahan Rancangan Undang-Undang (RUU) Cipta Kerja yang dilakukan pada Senin (5/10)
              bakal mengubah wajah sistem perburuhan nasional ke depan. Setidaknya hal ini dapat tercermin
              dalam perubahan yang diatur dalam UU Cipta Kerja dalam klaster ketenagakerjaan (lihat tabel).

              Pengamat Ketenagakerjaan dari Universitas Airlangga (Unair) Hadi Subhan menilai, hubungan
              industrial di Tanah Air pasca pengesahan UU Cipta Kerja bakal memburuk. Menurut dia aturan
              berat  sebelah  dengan  pro  ke  pengusaha  dengan  dalih  menggaet  investasi  malah  berpotensi
              menurunkan produktivitas kalangan pekerja.

              Dia menggunakan istilah "you pay peanul, you gel monkey". Bila pengusaha membayar pekerja
              iebih  murah,  maka  jangan  berharap  produktivitas  akan  naik.  "Saya  kira  buruh  akan  bekerja
              seadanya dan ini malah kontraproduktif dari yang diharapkan," ujar dia saat dihubungi KONTAN,
              Selasa (6/10).

              Hadi menyatakan, mimpi menggaet investasi dengan merombak regulasi sebenarnya tak efektif.
              Dia menandaskan, berdasarkan 16 indikator utama penghambat investasi dari World Economic
              Forum (WEF), pembenahan regulasi t enaga kerja justru hanya ada di urutan 13 yang artinya
              tidak terlalu krusial.

              "Yang utama adalah pemberantasan korupsi, pembenahan birokrasi, dan kemudahan akses ke
              pembiayaan sebagai tiga indikator yang harus dibenahi bila ingin meyakinkan investor," tandas
              Hadi.

              Direktur  Eksekutif  Institute  Development  of  Economic  and  Finance  (Indef)  Tauhid  Ahmad
              mengatakan, UU Cipta Kerja belum bisa langsung efektif menarik investasi dalam jangka pendek.
              Masih ada persoalan lain yang harus diselesaikan yang berkaitan dengan daya tarik investasi.
                                                           312
   308   309   310   311   312   313   314   315   316   317   318