Page 412 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 7 OKTOBER 2020
P. 412

tidak  ditentukan,"  kata  Ketua  Umum  PP  Indonesia  Power  PS  Kuncoro  dalam  keterangan
              tertulisnya, Selasa, 6 Oktober 2020.
              Kuncoro  menilai,  UU  Cipta  Kerja  berpotensi  melanggar  tafsir  konstitusi,  terutama  dalam
              Subklaster  Ketenagalistrikan.  Sebab, putusan  MK  Nomor  111/PUU-XIII/2015  tidak digunakan
              sebagai  rujukan  pada  UU  Cipta  Kerja.  "Hal  ini  akan  berujung  pada  kenaikan  tarif  listrik  ke
              masyarakat," ujarnya.

              Ancaman lainnya di sektor ketenagalistrikan adalah dihapuskannya peran DPR, yaitu hak dalam
              konsultasi  Rencana  Umum  Ketenagalistrikan  Nasional  (RUKN).  Kuncoro  mengatakan  hal  ini
              menyalahi prinsip check and balance.

              Selain  itu,  dihapusakannya  hak  konsultasi  RUKN  dapat  mengakibatkan  aspirasi  dan  peran
              masyarakat tidak tersalurkan. Sehingga perencanaan-perancanaan ketenagalistrikan berpotensi
              hanya untuk kepentingan dan keuntungan bagi pihak-pihak tertentu.

              RUKN juga berpena penting dalam penentuan harga listrik karena terkait dengan jenis energi
              primer  yang  digunakan  pembangkit  tenaga  listrik.  Campur  tangan  para  wakil  tangan  dalam
              kebijakan energi primer menjadi sangat penting dalam pembahasan RUKN. "Pada ujungnya tarif
              listrik akan berdampak juga terhadap ekonomi masyarakat," ujarnya.

              Ancaman  berikutnya  terkait  masuknya  Pasal  10  Ayat  (2)  tentang  Unbundling  sektor
              pembangkitan,  transmisi,  distribusi,  dan  penjualan.  Juga  Pasal  11  Ayat  (1)  yang
              memperbolehkan badan usaha swasta dalam penyediaan listrik.

              Menurut Kuncoro, hal ini menyalahi keputusan MK Nomor 111/PUU-XIII/2015 bahwa ketentuan
              Pasal 10 dan 11 tidak memiliki kekuatan hukum. Pertimbangan MK dalam putusan itu ialah Pasal
              10 Ayat (2) dan Pasal 11 Ayat (1) menghilangkan fungsi kontrol negara dalam usaha penyediaan
              listrik  untuk  kepentingan  umum  yang  menjadi  kebutuhan  vital  masyarakat  Indonesia,  dan
              hilangnya kedaulatan energi bagi negara.
              "Karena  itu,  serikat  pekerja  di  sektor  ketenagalistrikan  meminta  omnibus  law  yang  sudah
              disahkan segera dibatalkan. Terlebih lagi, beleid ini ditolak oleh banyak elemen masyarakat,"
              ujar Kuncoro.































                                                           411
   407   408   409   410   411   412   413   414   415   416   417