Page 38 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 5 OKTOBER 2021
P. 38

"Tidak benar dong, JHT tetap JHT, JKP tetap JKP manfaatnya," ujar Direktur Jenderal Pembinaan
              Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial (PHI-Jamsos) Kemenaker Indah Anggoro Putri kepada,
              Senin (4/10/2021).

              Sebelumnya,  KONTAN  pada  2  Oktober  2021  memberitakan, para pekerja/buruh  mulai tahun
              depan tidak bisa mengklaim secara sembarangan dana JHT. Termasuk bagi para pekerja/buruh
              yang terkena PHK.

              Gantinya,  para  pekerja/buruh  yang  ter-PHK  ini  akan  mendapat  uang  bulanan  dari  BPJS
              Ketenagakerjaan dari program JKP.

              Hal  tersebut  telah  diatur  melalui  Permenaker  Nomor  15  Tahun  2021  tentang  Tata  Cara
              Pemberian  Manfaat  Jaminan  Kehilangan  Pekerjaan.  Dengan  adanya  JKP  ini,  pemerintah
              melarang pekerja/buruh yang belum pensiun maupun yang di-PHK untuk cairkan dana JHT.

              Larangan  penarikan  JHT  di  BPJS  Ketenagakerjaan  bagi  korban  PHK  diatur  dalam  revisi
              Permenaker Nomor 19 Tahun 2015 tentang Tata Cara dan Persyaratan Pembayaran JHT.

              Berdasarkan Permenaker No. 15/2021 mengenai JKP dijelaskan, manfaat uang tunai diberikan
              setiap bulan paling banyak 6 bulan upah dengan ketentuan sebesar 45 persen dari upah untuk
              3 bulan pertama, dan 25 persen dari upah untuk 3 bulan berikutnya.

              Upah yang digunakan sebagai dasar pembayaran manfaat uang tunai merupakan upah terakhir
              pekerja/buruh  yang  dilaporkan  pengusaha  kepada  BPJS  Ketenagakerjaan  dan  tidak  melebihi
              batas atas upah yang ditetapkan. Batas atas upah untuk pertama kali ditetapkan sebesar Rp 5
              juta.

              Dalam hal upah melebihi batas atas upah maka upah yang digunakan sebagai dasar pembayaran
              manfaat  uang  tunai  sebesar  batas  atas  upah.  Manfaat  JKP  diberikan  kepada  peserta  yang
              mengalami pemutusan hubungan kerja baik untuk hubungan kerja berdasarkan PKWT maupun
              PKWTT.

              Penerima manfaat harus bersedia untuk bekerja kembali. Manfaat JKP dapat diajukan setelah
              peserta memiliki masa iuran paling sedikit 12 bulan dalam 24 bulan dan telah membayar iuran
              paling  singkat  6  bulan  berturut-turut  pada  BPJS  Ketenagakerjaan  sebelum  terjadi  PHK  atau
              pengakhiran hubungan kerja.

              "PHK  terhadap  pekerja/buruh  yang  hubungan  kerjanya  berdasarkan  PKWT  sebagaimana
              dimaksud  pada  ayat  (1)  dilakukan  sebelum  berakhirnya  jangka  waktu  PKWT.  Ketentuan
              mengenai pembayaran iuran paling singkat 6 bulan berturut-turut sebagaimana dimaksud pada
              ayat (3) diperhitungkan dalam masa iuran paling sedikit 12 bulan dalam 24 bulan," isi salah satu
              pasal dari Permenaker tersebut.

              Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul " " Penulis : Ade Miranti Karunia Editor :
              Ambaranie Nadia Kemala Movanita.















                                                           37
   33   34   35   36   37   38   39   40   41   42   43