Page 76 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 16 JUNI 2020
P. 76

Fenomena ini sebenarnya sudah muncul sebelum pandemic Covid-19 seiring dengan kemajuan
              teknologi informasi, penggunaan internet dan kepintaran buatan (AI). Bahkan sebelum Covid-
              19 merebak, Jack Ma, pendiri Alibaba dalam diskusi di Forum Ekonomi Dunia menyatakan bahwa
              85%  bisnis  akan  berbentuk    e-commerce    dan  99%  kegiatan  perdagangan  akan  dilakukan
              secara  online  . Selain itu, skala usaha kecil dan menengah akan mendominasi kegiatan usaha
              sebesar 80% dan akan mengglobal pada tahun 2030.

              Covid-19  diperkirakan  akan  semakin  mempercepat  fenomena  automatisasi  dalam  proses
              produksi, digitalisasi dalam transaksi pembayaran dan kegiatan perdagangan.

              Selain  sejalan  dengan  norma  normal  baru,  yaitu  keharusan  menjaga  jarak  fisik  mencegah
              penularan Covid-19, tatanan normal baru dalam kegiatan ekonomi juga akan semakin cepat
              berlangsung  karena  adanya  efisiensi  yang  diperoleh.  Akan  semakin  banyak  tenaga  kerja
              manusia yang bisa digantikan secara mudah oleh robot.

              Dari sisi sosial, penggunaan robot relatif tidak menimbulkan dampak negatif pada aspek sosial,
              khususnya  terkait  hubungan  industrial  antara  pemilik/manajemen  dan  karyawan.  Dengan
              adanya  efisiensi  berbasis  automatisasi,  berbagai  persoalan  ketenagakerjaan,  seperti
              demonstrasi yang menuntut kenaikan upah bisa diminimalisasi.

              Tidak hanya itu, proses digitalisasi dalam sistem pembayaran akan mengenyahkan berbagai
              kegiatan  ekonomi  yang  selama  ini  ditangani  manusia  dalam  dunia  perbankan  dan  lembaga
              keuangan. Bank akan tetap ada tapi bankir mungkin tidak diperlukan lagi.

              Secara bertahap, transaksi jual beli dan perdagangan  online  akan menghilangkan pasar yang
              selama ini kita kenal sebagai tempat tukar menukar dan jual beli. Benar bahwa proses ini akan
              berjalan  secara  bertahap  namun  adanya  pandemi  Covid-19  diperkirakan  akan  mempercepat
              proses ini.

              Persoalan pokoknya adalah bagaimana dengan nasib para pekerja yang tidak lagi dibutuhkan
              dalam  proses  produksi  ini?  Berapa  banyak  tenaga  manusia  yang  tersingkir  akibat  dari
              transformasi tatanan normal baru ini? Akankah mereka yang kena pemutusan hubungan kerja
              (PHK)  akibat  pandemi  Covid-  19  sekarang  bisa  kembali  mendapatkan  pekerjaannya  dalam
              tatanan normal baru setelah pandemi Covid-19 berakhir?  Nasib Para Pekerja  Pandemi Covid-
              19 memicu terjadinya peningkatan jumlah pengangguran terbuka. Kamar Dagang dan Industri
              (Kadin) Indonesia mencatat bahwa terdapat sekitar 6 juta orang karyawan yang dirumahkan
              dan/atau terkena pemutusan hubungan kerja (PHK).

              Dengan  demikian  kini  jumlah  pengangguran  terbuka  berjumlah  13  juta  orang  (10%).  Fase
              normal  baru  yang  diharapkan  akan  menggerakkan  perekonomian  belum  tentu  mampu
              menjawab persoalan pengangguran di tengah pandemi.

              Tidak  ada  jaminan  para  pekerja  yang  terkena  PHK  atau  dirumahkan  akan  mendapat
              pekerjaannya kembali. Ada beberapa sektor kegiatan usaha yang dalam waktu dekat tidak dapat
              beroperasi  karena  lamanya  pemulihan  yang  dibutuhkan,  sementara  sektor-sektor  yang  bisa
              beroperasi akan menerapkan protokol kesehatan sehingga tidak akan bekerja dalam kapasitas
              semula.
              Juga  banyak  perusahaan  yang  sudah  mengalami  kesulitan  keuangan  menyebabkan  mereka
              belum  tentu  bisa  beroperasi  normal,  terlebih jika  tidak  mendapatkan  bantuan  likuiditas  dari
              pemerintah.

              Hal demikian, bersama dengan potensi pergeseran tren baru ke arah automatisai dan digitalisasi
              dalam jangka menengah, membuat nasib para pekerja menjadi tidak menentu pada era normal
              baru.
                                                           75
   71   72   73   74   75   76   77   78   79   80   81