Page 229 - KLIPING KETENAGAKERJAAN 7 DESEMBER 2021
P. 229

Para buruh merasa kanaikan upah minimum provinsi (UMP) di tahun 2022, yang sebesar Rp
              18.872, kontradiksi dengan pertumbuhan ekonomi di Jambi. Juga tidak manusiawi, dan tidak
              mempertimbangkan kanaikan harga bahan pokok.

              "Kalau dihitung, 0,7 persen itu hanya mengalami kenaikan sebesar Rp 18.000. Per harinya hanya
              Rp 700 saja," kata Zulkifli Habis, koordinator aksi unjuk rasa.

              Dengan demikian, mereka mendesak Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jambi untuk menaikan UMP
              sebesar 10 persen. Kenaikan upah yang tidak merendahkan harkat dan martabat para buruh.

              "Gubernur Jambi harus menaikkan UMP Jambi. Kalau dihitung kenaikan itu perlu harinya Rp 700.
              Sangat merendahkan harkat dan martabat," ujar Don Fredi, Ketua SPSI Jambi.

              Ia  pun  mengatakan  Pemprov  Jambi  harus  menetapkan  upah  minimum  kabupaten  (UMK).
              Kebutuhan  ekonomi  di  kabupaten  dan  kota  tidak  bisa  disamakan.  Sedangkan  di  kabupaten
              banyak buruh perkebunan.

              "Kedua buat upah minimum di kabupaten, seperti di Bungo, Tebo, Merangin, Kerinci yang belum
              ada," tuturnya.

              Tidak hanya itu, Pemprov Jambi juga diminta membuat peraturan tentang pengupahan. Kata
              Fredi, buruh yang bekerja selama setahun upahnya tidak bisa disamakan dengan yang bekerja
              selama 20 tahun.

              Buruh yang bekerja lebih dari setahun dan sudah berkeluarga harus mendapatkan kenaikan upah
              di atas UMP.

              "Sedangkan sekarang orang yang bekerja selama satu dan dan yang bekerja selama 20 tahun
              sama-sama UMP," pungkasnya.






































                                                           228
   224   225   226   227   228   229   230   231   232   233   234