Page 72 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 28 FEBRUARI 2019
P. 72

Oleh karena itu, menurutnya, pengertian outsourcing harus dikembalikan pada arti
               yang sebenarnya bukan semata-mata dalam konteks suplai tenaga kerja saja.

               "Di Indonesia, [sistem outsource] disalahgunakan dengan menyuplai orang ke
               dalam pabrik untuk menghindari beban pesangon dan lainnya, itu salah kaprah. Ini
               yang harus diperbaiki," ujar Harijanto

               Dia mendesak agar dalam menghadapi revolusi industri 4.0, pemerintah harus
               segera mengubah aturan ketenagakerjaan agar lebih fleksibel sehingga memperluas
               kesempatan kerja.

               Pasalnya, UU Ketenagakerjaan saat ini dinilai sudah tak bisa mengakomodasi
               perlindungan para pekerja dalam menghadapi era industri 4.0. "Aturannya harus
               realistis. Kalau aturannya kaku dan mahal, tak ada perusahaan yang mau punya
               pegawai," katanya.

               Menurutnya, munculkan revolusi industri 4.0 memang tak bisa terelakkan sehingga
               reskilling, upskilling dan retraining para pekerja mutlak dibutuhkan. Hal itu tak
               hanya dilakukan oleh pemerintah saja, tetapi juga oleh para pengusaha.

               "Memang BLK yang telah dibangun pemerintah sangat banyak tetapi keberhasilan
               peningkatan kapasitas ini juga dilihat dari peralatan dan instrukturnya yang
               memadai. Selain itu, [program pelatihan di BLK] harus fokus [pada] apa yang
               dibutuhkan pelaku industri [dalam] 10 tahun ke depan," tuturnya.

               Made with Flourish

               Harijanto memproyeksikan, pekerjaan yang sifatnya clerical administration akan
               hilang saat era industri 4.0. Sebaliknya, pekerjaan yang yang berbasis teknologi,
               kompetensi SDM, dan padat modal akan lebih dibutuhkan industri ke depannya.

               Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Bidang Ketenagakerjaan
               dan Hubungan Industrial Anton J. Supit menuturkan, inti dari industri 4.0 yakni
               peningkatan efisiensi dan produktivitas dengan mengolaborasikan semua unsur
               yaitu digitalisasi, teknologi finansial (tekfin), dan lain sebagainya

               Adanya revolusi industri 4.0 tidak berarti membuat industri 1.0, 2.0 dan 3.0 akan
               pubah. Sebab, ada sebagian jenis pekerjaan yang memang tidak perlu
               bertransformasi ke revolusi industri 4.0.

               Oleh karena itu, sebutnya, pemerintah dan sektor swasta perlu berkolaborasi agar
               produksi lebih efisien dan konsumen akan mendapatkan barang dengan kualitas
               lebih baik, cepat, dan murah.

               "Memang dalam revolusi industri 4.0, SDM menjadi sangat penting. Pasalnya, tak
               ada ekonomi yang dapat berhasil tanpa tenaga kerja berkualitas tinggi, terutama di
               era globalisasi dan perubahan teknik."



                                                       Page 71 of 117.
   67   68   69   70   71   72   73   74   75   76   77