Page 237 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 28 DESEMBER 2021
P. 237

"Artinya berdasarkan pertimbangan satu proyeksi dari BI, tanggapan Bappenas, lalu angka yang
              dikeluarkan  dari  BPS.  Rilis  BPS  data  nasional  menyebutkan  5,1  (persen  UMP)  pertumbuhan
              ekonomi dan inflasi. Dan itu selama ini yang dipakai," ucapnya.

              Meski demikian, dia menilai penetapan nilai UMP tidak dilakukan secara sepihak. Pihaknya sudah
              membicarakan  revisi  UMP  bersama  dewan  pengupahan  yang  terdiri  dari  unsur  buruh  dan
              pengusaha.

              Namun  memang,  tidak  pernah  ada  kesepakatan  dari  dewan  pengupahan  karena  hasil
              pembahasannya hanya bersifat rekomendasi. Akhirnya, Anies sendiri yang melakukan penetapan
              setelah mempertimbangkan sejumlah hal.

              "Pak Gubernur sesuai dengan ketentuan harus menetapkan sepakat atau tidak sepakat, angka
              yang  dirumuskan  di  dewan  pengupahan  antara  pemerintah,  asosiasi,  dan  serikat  itu  harus
              diputuskan. Dan selama ini tidak ada kesepakatan," pungkasnya.

              Cuma Buat Pencitraan Anies Anggota Komisi B DPRD DKI Jakarta, Pandapotan Sinaga kembali
              mengritik kebijakan Anies Baswedan yang menaikkan angka UMP 2022. Ia menilai tindakan Anies
              itu sekadar bertujuan pencitraan saja.

              Menurut  Pandapotan,  seharusnya  untuk  menetapkan  UMP,  sudah  ada  aturannya,  yakni
              Peraturan Pemerintah (PP) nomor 36 tahun 2021. Regulasi ini bersifat tetap dan tidak hanya
              berdasarkan persepsi semata.

              Berdarkan  regulasi  itu,  seharusnya  UMP  2022  hanya  naik  0,85  persen  atau  Rp37.749  jadi
              Rp4.453.935 persen. Sedangkan, Gubernur Anies Baswedan melakukan revisi hingga akhirnya
              UMP naik jadi Rp4.461.854 atau bertambah 5,1 persen atau Rp225.667 dari sebelumnya.

              "Jadi maksudnyaya gini saya mau perjelas dasar bapak menaikan ke 5,1 persen itu apa? Kalau
              hanya bapak memakao persepsi kenapa gak 10 persen? Itu kan persepsi," ujar Pandapotan saat
              rapat kerja Komisi B DPRD DKI Jakarta, Senin (27/12/2021).

              Menurut  Pandapotan,  angka  UMP  yang  dinaikkan  5,1  persen  itu,  masih  banyak  kelompok
              pengusaha yang tidak menyanggupinya. Bahkan, dikhawatirkan perusahaan mereka akan tutup
              karena tak mampu menaikan UMP sesuai aturan Anies.

              "Pak hari ini banyak buruh yang menginginkan hanya ingin kerja. Kalau kenaikan UMP bikin
              perusahaannya  tutup  gimana  ?"  tanya  Pandapotan  kepada  Kepala  Dinas  Tenaga  Kerja,
              Transmigrasi, dan Energi (Disnakertransgi), Andri Yansyah yang hadir dalam rapat.

























                                                           236
   232   233   234   235   236   237   238   239   240   241   242