Page 274 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 13 OKTOBER 2021
P. 274
Destructive Fishing Watch (DFW) Indonesia mencatat ada 29 warga Indonesia yang meninggal
saat masih terikat perjanjian kerja laut di kapal perikanan China sepanjang November 2019-
Maret 2021. Kejadian terhadap Majid dan Rila di Liao Dong Yu 571 membuktikan tren ini masih
berlanjut.
Koordinator Nasional DFW Indonesia Moh Abdi Suhufan, Kamis (7/10/2021), mengatakan,
kematian ABK asal Indonesia mayoritas disebabkan oleh sakit akibat kondisi kerja yang tidak
manusiawi, serta luka akibat tindak kekerasan. Lainnya ada juga yang tewas akibat kecelakaan
kerja seperti yang terjadi terhadap Majid dan Rila.
Kami sudah pernah menyarankan moratorium mengirim ABK kita ke kapal-kapal China, tetapi
pemerintah tidak memilih opsi itu karena lapangan kerja di dalam negeri masih kurang.
Kematian pekerja migran Indonesia karena sakit akibat kondisi kerja yang tidak layak di kapal
perikanan China telah beberapa kali diungkap aparat. Yang paling mengejutkan publik adalah
kasus pemulangan jenazah secara diam-diam yang dilakukan Direktur dan Manajer PT Surya
Mitra Bahari (SMB), yaitu Joni (39) dan Erlangga (24).
Mereka ditangkap polisi saat hendak menyelundupkan tiga jenazah dari Kapal Fu Yuan Yu 829
di Batam, Kepulauan Riau, 20 Agustus 2020. Tiga jenazah itu diidentifikasi sebagai Syaban (22)
dan Musnan (26) asal Bireuen, Aceh, dan Dicky Arya Nugraha (23) asal Donggala, Sulawesi
Tengah.
Dalam surat yang dijadikan barang bukti perkara oleh polisi dijabarkan Musnan mengalami sakit
perut dan muntah-muntah pada 21 Juli 2020. Kondisi Musnan terus menurun karena mengalami
sesak napas. Dua hari kemudian, ia dinyatakan meninggal.
Gejala tersebut mirip dengan cerita para pekerja migran Indonesia lain yang menyaksikan
rekannya meninggal di kapal perikanan China. Sebelum meninggal, para ABK itu rata-rata
mengalami sakit di dada, pusing, dan kesulitan untuk berdiri atau berjalan.
Investigasi oleh Greenpeace pada 2016 menemukan gejala tersebut juga jamak ditemukan pada
pekerja kapal perikanan laut lepas di Thailand. Gejala tersebut mengarah pada penyakit beri-
beri yang disebabkan kekurangan vitamin B1.
Penyakit beri-beri biasanya muncul setelah seseorang mengalami kekurangan gizi selama dua
atau tiga bulan akibat diet ekstrem dengan hanya mengonsumsi nasi. Menurut Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO), penyakit beri-beri memiliki risiko kematian yang tinggi.
Mantan ABK Liao Dong Yu 571, Muhammad Abdullah (25), Selasa (14/9), mengatakan warga
Indonesia dan Myanmar di kapal itu hanya diberi makan bubur nasi dengan lauk ikan sisa umpan
pancing dan sayur layu yang direbus tanpa bumbu. Menurut pemuda asal Cirebon, Jawa Barat,
itu para pekerja juga hanya diizinkan minum hasil sulingan air laut yang payau dan kekuningan.
Para ABK di kapal perikanan China sering dipaksa bekerja selama 20 jam dalam satu hari.
Bahkan, sejumlah ABK mengaku, sering dipukul dan ditendang para mandor apabila kerja
mereka tidak memuaskan.
Kapal-kapal perikanan China bisa beroperasi di laut lepas selama lebih dari dua tahun tanpa perlu
pulang ke pelabuhan. Mereka memindahkan hasil tangkapan ke kapal pengumpul di tengah laut.
Mereka juga mendapat perbekalan dari kapal yang sama. Armada kapal perikanan laut lepas
China merupakan yang terbesar di dunia dengan jumlah diperkirakan mencapai 3.400 kapal.
273