Page 130 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 13 DESEMBER 2021
P. 130

FPBI SUARAKAN JERITAN BURUH PEREMPUAN YANG DIHIMPIT UU CIPTA KERJA

              Ratusan massa yang tergabung dalam Federasi Perjuangan Buruh Indonesia (FPBI) melakukan
              aksi damai di area Patung Kuda, Jakarta Pusat, pada Sabtu, (11/12/2021), siang sekitar pukul
              12.15 WIB setelah melakukan long march dari Tugu Tani mulai pukul 10.00 WIB.

              Mereka  menyuarakan  tentang  terdesaknya  kehidupan  buruh  di  bawah  Undang-Undang  (UU)
              Cipta Kerja yang sudah berusia kurang lebih satu tahun, terutama terkait pemutusan hubungan
              kerja secara sepihak selama masa pandemi Covid-19 dan upah yang dinilai tidak layak.

              Koordinator Buruh Perempuan FPBI, Khotiah, menyuarakan jeritan-jeritan kaum buruh itu. Tak
              hanya soal buruh laki-laki, ia juga banyak memperjuangkan hak-hak buruh perempuan.

              “Pihak pemerintah hari ini tidak berpihak bagi kaum buruh. Pemerintah tidak punya ketegasan.
              Mereka cuma mengeluarkan edaran. Kan udah jelas di Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003
              siapa pun pengusaha yang membayar upah di bawah UMP, itu udah jelas akan dipidana,” kata
              Khotiah saat ditemui Gatra.com selepas ia berorasi.

              Khotiah menyebut bahwa dalam situasi ini, buruh perempuan lebih banyak dihantui kerentanan.
              Sebagai  contoh,  terkait  cuti  haid.  Apabila  merujuk  pada  UU  No.  13  Tahun  2003  tentang
              Ketenagakerjaan, buruh perempuan diperbolehkan mengambil cuti selama dua hari.

              Akan tetapi, kata Khotiah, pada kenyataannya, banyak perusahaan yang melanggar ketentuan
              tersebut. Parahnya lagi, walau melanggar, pihak perusahaan tak mendapatkan hukum pidana.
              Walaupun  masih  diperbolehkan  untuk  mengambil  cuti  haid,  kata  Khotiah,  syaratnya  makin
              dipersulit.  Buruh  perempuan  diminta  untuk  menunjukkan  surat  dokter  atau  bukti  kalau  dia
              sedang haid. Ironisnya, kata Khotiah, banyak koordinator di pabrik-pabrik itu yang juga berjenis
              kelamin perempuan yang tidak peka terhadap kondisi haid para buruhnya.
              Dalam konteks upah tak layak, kata Khotiah, banyak buruh perempuan yang makin terhimpit
              kondisi  ekonominya  untuk  memenuhi  kebutuhan  sehari-hari  karena  mereka  juga  bereperan
              sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT) di keluarga mereka.

              Bahan-bahan pokok seperti minyak dengen merek-merek tertentu pada saat ini sudah mencapai
              harga Rp43.000 per kemasan. “Saya sudah survei ke mana-mana. Paling murah itu Rp38.000-
              Rp39.000. Bagaimana untuk belanja buruh perempuan sehari-hari?” katanya.

              Sementara itu, selama pandemi Covid-19, Khotiah mencatat bahwa banyak buruh perempuan
              yang mengalami pemotongan gaji hingga pemutusan hubungan kerja secara sepihak.

              Khotiah mengatakan sudah terdapat sebanyak 10 perusahaan di Jabotabek yang melakukan hal
              tersebut secara sepihak kepada buruh perempuan. Mayoritas dari buruh-buruh perempuan itu
              bekerja di perusahaan tekstil.

              “Mereka dirumahkan tanpa kejelasan. Upahnya nggak dibayar. Tiba-tiba mereka di-PHK, secara
              sepihak.  Tiba-tiba  pengusahanya  kabur.  Di  mana  pemerintah  hari  ini?  Tidak  ada.  Tidak  ada
              tanggung jawabnya pemerintahan ini,” keluh Khotiah.

              Khotiah  mengatakan  bahwa  pihaknya juga  sudah  pernah  mengadu  ke  pihak  Disnaker.  Akan
              tetapi, ia kecewa dnegan pihak Disnaker yang merespons aduan itu dengan kata-kata klasik
              seperti berikut: “Kenapa baru melaporkan hari ini?” Menggantungkan asa ke pemerintah menjadi
              semacam  mustahil.  Pihak  buruh  pun  mencoba  menaruh  kepercayaan  kepada  DPR  sebagai
              perwakilan  mereka.  Akan  tetapi,  kata  Khotiah,  DPR  juga  tak  peka  terhadap  situasi  buruh
              perempuan walau Ketua DPR saat ini, Puan Maharani, juga merupakan seorang perempuan.


                                                           129
   125   126   127   128   129   130   131   132   133   134   135