Page 244 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 13 DESEMBER 2021
P. 244
Sasmito juga menyampaikan hasil riset yang dilakukan oleh AJI Indonesia, berkolaborasi dengan
International Federation of Journalists (IFJ), yang mereka lakukan pada Oktober-November
2020.
Riset tersebut menunjukkan bahwa sebanyak 85,3% jurnalis Indonesia mengaku kondisi
ekonominya tedampak pandemi Covid-19 pada tahun 2020. Rinciannya, sebanyak 53,9%
mengaku honornya dikurangi. Sebanyak 24,7% mengaku gajinya dipotong. Sebanyak 5,9%
mengaku mengalami PHK. Sebanyak 4,1% mengaku dirumahkan.
Sasmito menyebut bahwa sebagian besar dari jurnalis-jurnalis tersebut berstatus karyawan tetap
(kartap). Kalau ditambah jumlah jurnalis dengan status kontrak, pekerja lepas, atau kontributor
daerah, maka angkanya disinyalir bisa lebih tinggi.
Artinya memang selama pandemi kemarin dampaknya luar biasa untuk teman-teman jurnalis.
Angka ini akan terus bertambah, kata Sasmito.
Kondisi tersebut, kata Sasmito, diperparah dengan masih banyaknya jurnalis yang masih belum
bergabung atau memiliki serikat kerja di perusahaan masing-masing. Riset tersebut menemukan
hanya terdapat sebanyak 24,9% jurnalis Indonesia yang mengikuti serikat pekerja.
Ini artinya walaupun jumlah perusahaan media mengalami peningkatan pasca-reformasi, tapi
pertumbuhan serikat pekerja media itu memang sangat minim. Bahkan catatan AJI itu hanya
tumbuh sekitar 1%-2% setiap tahunnya, kata Sasmito.
Kalau dilihat dari keaktifannya pun dari 40-an serikat pekerja media, masih sangat sedikit yang
aktif, imbuh Sasmito.
Dalam kaitannya dengan putusan MK soal UU Cipta Kerja, AJI Indonesia menentukan sikap
bahwa mereka dengan tegas menolak UU Cipta Kerja. Karena dari beberapa kasus yang kita
advokasi, kasus ketenagakerjaan, walaupun pasca-putusan MK kemarin, masih menggunakan
UU Cipta Kerja, kata Sasmito.
243