Page 248 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 13 DESEMBER 2021
P. 248

Ringkasan

              Ketua Umum Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia, Sasmito, menegaskan bahwa jurnalis
              adalah seorang buruh, sama seperti buruh-buruh lainnya yang bekerja di sektor berbeda. "Kami
              ingin menegaskan bahwa jurnalis adalah buruh karena kita menerima upah setiap bulan. Jadi
              jurnalis itu buruh sama dengan teman-teman buruh yang lainnya," kata Sasmito dalam sebuah
              webinar yang digelar oleh AJI Indonesia pada Jumat, (10/12/2021).



              AJI INDONESIA: JURNALIS SAMA SEPERTI BURUH LAINNYA

              Jakarta,  Gatra.com  -  Ketua  Umum  Aliansi  Jurnalis  Independen  (AJI)  Indonesia,  Sasmito,
              menegaskan  bahwa  jurnalis  adalah  seorang  buruh,  sama  seperti  buruh-buruh  lainnya  yang
              bekerja di sektor berbeda.
              "Kami ingin menegaskan bahwa jurnalis adalah buruh karena kita menerima upah setiap bulan.
              Jadi jurnalis itu buruh sama dengan teman-teman buruh yang lainnya," kata Sasmito dalam
              sebuah webinar yang digelar oleh AJI Indonesia pada Jumat, (10/12/2021).

              Sasmito mengucapkan hal tersebut dalam konteks diskusi mengenai putusan MK Nomor 91/PUU-
              XVIII/2020 yang dikeluarkan pada 25 November 2021 yang lalu. MK membuat amar putusan
              yang menyebutkan bahwa Undang-Undang (UU) Cipta Kerja inkonstitusional bersyarat.

              "Saya sangat menyesalkan gestur dari pemerintah ini karena komitmen pasca-putusan MK ini
              komitmen  langsung  ke pengusaha  akan  keberlanjutannya,  tapi  saya  tidak  melihat  komitmen
              terhadap teman-teman buruh," kata Sasmito.

              "Dari  sisi  ini  saja  kita  melihat  ada  perbedaan  komitmen  dari  pemerintah  ke  pengusaha  dan
              teman-teman  buruh.  Mudah-mudahan  ini  bisa  dikoreksi  karena  ini  kan  Kementerian
              Ketenagakerjaan, bukan Kementerian Pengusaha," tandas Sasmito.

              Sasmito juga menyampaikan hasil riset yang dilakukan oleh AJI Indonesia, berkolaborasi dengan
              International  Federation  of  Journalists  (IFJ),  yang  mereka  lakukan  pada  Oktober-November
              2020.

              Riset  tersebut  menunjukkan  bahwa  sebanyak  85,3%  jurnalis  Indonesia  mengaku  kondisi
              ekonominya  tedampak  pandemi  Covid-19  pada  tahun  2020.  Rinciannya,  sebanyak  53,9%
              mengaku  honornya  dikurangi.  Sebanyak  24,7%  mengaku  gajinya  dipotong.  Sebanyak  5,9%
              mengaku mengalami PHK. Sebanyak 4,1% mengaku dirumahkan.

              Sasmito menyebut bahwa sebagian besar dari jurnalis-jurnalis tersebut berstatus karyawan tetap
              (kartap). Kalau ditambah jumlah jurnalis dengan status kontrak, pekerja lepas, atau kontributor
              daerah, maka angkanya disinyalir bisa lebih tinggi.

              "Artinya memang selama pandemi kemarin dampaknya luar biasa untuk teman-teman jurnalis.
              Angka ini akan terus bertambah," kata Sasmito.

              Kondisi tersebut, kata Sasmito, diperparah dengan masih banyaknya jurnalis yang masih belum
              bergabung atau memiliki serikat kerja di perusahaan masing-masing. Riset tersebut menemukan
              hanya terdapat sebanyak 24,9% jurnalis Indonesia yang mengikuti serikat pekerja.
              "Ini artinya walaupun jumlah perusahaan media mengalami peningkatan pasca-reformasi, tapi
              pertumbuhan serikat pekerja media itu memang sangat minim. Bahkan catatan AJI itu hanya
              tumbuh sekitar 1%-2% setiap tahunnya," kata Sasmito.


                                                           247
   243   244   245   246   247   248   249   250   251   252   253