Page 27 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 14 JULI 2020
P. 27

Menurut Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Enny
              Sri Hartati, Senin 03/7/2020), peraturan terbaru tidak signifikan menjawab persoalan. Beberapa
              persoalan  yang  mendapat  sorotan  adalah  kemitraan  dengan  penyedia  pasar  (marketplace)
              platform digital yang tanpa mekanisme pengadaan barang dan jasa serta memunculkan potensi
              konflik kepentingan.

              Ada pula problem penyaluran program yang dinilai tak tepat sasaran untuk menjawab persoalan
              ketenagakerjaan di tengah pandemi. Alih-alih mengatasi persoalan selama gelombang 1-3, kata
              Enny, perpres baru terkesan "menimpakan" kesalahan pada peserta lewat pasal pengembalian
              uang dan tuntutan ganti rugi.

              Dalam Pasal 31C misalnya, penerima Kartu Prakerja yang tak memenuhi persyaratan, tetapi
              telah menerima bantuan biaya pelatihan dan insentif wajib mengembalikan uang ke negara.
              Jika peserta tak mengembalikan dalam waktu 60 hari, manajemen pelaksana dapat mengajukan
              gugatan ganti rugi kepada yang bersangkutan.

              "Persoalannya, kenapa waktu verifikasi, orang itu bisa lolos? Berarti masalahnya ada di sistem
              seleksi yang tidak beres. Lantas, kenapa yang dikenakan sanksi mengembalikan uang hanya
              masyarakat?" kata Enny.

              Di sisi lain, bentuk penyaluran biaya ada dua, yakni biaya pelatihan untuk membayar lembaga
              pelatihan  dan  biaya  insentif  untuk  peserta.  Namun,  Perpres  No  76/2020  tak  mengatur
              pertanggungjawaban  biaya  modul  pelatihan  yang  diberikan  ke  lembaga  pelatihan  dan  ikut
              diterima platform digital melalui pungutan komisi.

              Secara  garis  besar,  Kartu  Prakerja  dinilai  belum  terbukti  bisa  menjawab  persoalan
              ketenagakerjaan di tengah pandemi. Belum ada tolok ukur obyektif yang bisa menunjukkan
              peserta  jadi  lebih  terampil  setelah  ikut  program  atau  mendapatkan  pekerjaan  dan  sukses
              menjalankan usaha sendiri.

              Sekretaris Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono mengatakan, perpres sudah
              menampung berbagai masukan dan rekomendasi banyak pihak, seperti Komisi Pemberantasan
              Korupsi, Kejaksaan Agung, Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, Kepolisian, dan
              Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

              "Kami ingin menjamin program tetap bisa jalan dengan tetap menjaga aspek akuntabilitas dan
              tata kelola program. Dengan perpres baru, kami harap program berjalan lancar mengingat batch
              berikut sudah sangat ditunggu," kata Susi.

              Perpres No 76/2020, Susi sebut, bersifat melengkapi beberapa aspek akuntabilitas dan tata
              kelola, seperti pengaturan syarat peserta yang diperjelas dan diperketat agar penyaluran tepat
              sasaran. Pihak yang tidak bisa jadi penerima manfaat juga diperjelas lewat perpres baru.

              Terkait kewajiban pengembalian uang dan tuntutan ganti rugi ke peserta, pengenaan sanksi
              baru diberikan untuk peserta gelombang keempat.

              (AGE)












                                                           26
   22   23   24   25   26   27   28   29   30   31   32