Page 65 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 30 JUNI 2020
P. 65

Sedangkan, tim menteri ekonomi di kabinet dinilai tak siap menghadapi krisis akibat pandemi
              ini.

              "Tim  menteri  ekonomi  itu  kan  tak  siap  dalam  menghadapi  Corona.  Akhirnya  kedodoran,"
              jelasnya.

              Tidak  Berani?    Sementara  itu,  Peneliti  Lembaga  Ilmu  Pengetahuan  Indonesia  (LIPI)  Indria
              Samego tidak yakin Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan merealisasikan ancaman perombakan
              (reshuffle) kabinet. Meskipun raut muka Jokowi terlihat amarah terhadap para menteri yang
              berkinerja buruk dalam menghadapi persoalan Covid-19.

              "Gak  seyakin  raut  wajahnya,"  ujar  Indria  Samego  ketika  dihubungi  Tribunnews.com,  Senin
              (29/6/2020).

              Menurut Indria Samego, walau raut wajah Jokowi kelihatan memerah, belum tentu diikuti oleh
              tindakan nyata merombak kabinetnya. Belum lagi imbuh dia, Jokowi harus menghadapi elite
              dan partai politik yang turut memenangkannya jadi Presiden.

              "Apa berani di melawan orang partai. Sudah pasti, yang disodok itu orang pilihannya. Mana
              mungkin mereka akan digantikan yang lain," jelasnya.

              Karena itu, Indria Samego tidak yakin akan keberanian Jokowi akan melakukan perombakan
              menteri yang tidak berkinerja baik di masa krisis pandemi ini.

              "Banyak pejabat pilihannya yang tak terdengar, tapi apa jaminannya yang terpilih kemudian
              akan sesuai harapan. Dari 34 menteri, yang terdengar tak lebih dari 10.

              Sisanya kemana? Segera saja lakukan reshuffle, kalau berani," ucapnya.

              Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan rasa jengkelnya terkait kinerja
              para  menteri  yang  masih  menganggap  situasi  saat  ini  dalam  keadaan  normal-normal  saja.
              Padahal, Presiden sudah menyebut bahwa dampak pandemi Covid-19 membuat terjadinya krisis
              kesehatan maupun ekonomi.

              Jokowi  bahwa  membuka  opsi  untuk  membubarkan  lembaga  maupun  melakukan  reshuffle
              kabinet jika kinerja menteri tak sesuai apa yang diharapkannya. Analisa  Refly Harun  Ancaman
              perombakan  atau  reshuffle  kabinet  tiba-tiba  muncul  di  tengah  pandemi  covid-19.  Hal  itu
              diungkapkan    Presiden  Joko  Widodo    (Jokowi)  saat  membuka  Sidang  Kabinet  Paripurna,  di
              Istana Negara, Kamis (18/6/2020).

              Ancaman reshuffle itu muncul setelah Jokowi merasa kinerja para menterinya masih biasa-biasa
              saja, padahal dalam situasi krisis seperti sekarang ini. Pernyataan terkait reshuflle kabinet itu
              lantas  menuai  tanggapan  dari  berbagai  pihak,  satu  di  antaranya  adalah  Pakar  Hukum  Tata
              Negara,  Refly Harun  . Refly mengatakan, bahwa kabinet Jokowi diperiode kedua ini tidak lebih
              baik dari kabinet pada periode pertama Jokowi menjabat presiden.

              "Mengenai reshuffle kabinet ini, di era kedua pemerintahan Jokowi ini saya sesungguhnya agak
              heran."  "Jokowi seolah-olah tertekan untuk mengadopsi sebanyak mungkin menteri," terang
              Refly, seperti dikutip dari tayangan yang diunggah di kanal YouTube-nya, Senin (29/6/2020).

              Menurut Refly, hal itu terlihat dari portofolio kementerian maksimal 34 orang yang semuanya
              terisi. Bahkan masih ditambah lagi dengan wakil menteri di beberapa kementerian. Refly pun
              tak yakin, di kementerian yang punya wakil menteri itu justru lancar-lancar saja kinerjanya.

              Bisa jadi, lanjut dia, justru karena kebanyakan wakil menteri malah merecoki, karena ada dua
              nahkoda.  Refly  juga  menyoroti  sumber  rekruitmen  Jokowi  dalam  pemilihan  menteri  yang

                                                           64
   60   61   62   63   64   65   66   67   68   69   70