Page 8 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 22 JUNI 2020
P. 8

Ringkasan

              Program kartu prakerja kembali disorot. Program pemerintah yang di-gadang- gadang mampu
              meningkatkan kompetensi pekerja tersebut dituding tidak tepat sasaran saat ini karena lebih
              banyak pada teori ketimbang keterampilan atau peningkatan skill.
              Sekjen  Organisasi  Pekerja  Seluruh  Indonesia  (OPSI)  Tim-boel  Siregar  menuturkan,  skema
              program kartu prakerja telah berubah. Sebelum datangnya pandemi Covid-19, program kartu
              prakerja lebih banyak dimanfaatkan untuk pelatihan.



              PROGRAM KARTU PRAKERJA JADI SOROTAN
              Program kartu prakerja kembali disorot. Program pemerintah yang di-gadang- gadang mampu
              meningkatkan kompetensi pekerja tersebut dituding tidak tepat sasaran saat ini karena lebih
              banyak pada teori ketimbang keterampilan atau peningkatan skill.

              Sekjen  Organisasi  Pekerja  Seluruh  Indonesia  (OPSI)  Tim-boel  Siregar  menuturkan,  skema
              program kartu prakerja telah berubah. Sebelum datangnya pandemi Covid-19, program kartu
              prakerja lebih banyak dimanfaatkan untuk pelatihan.

              "Para  tenaga  kerja  kita  diperlukan  peningkatan  skill  atau  ketrampilan.  Berapa  sih  skill  para
              pekerja lulusan SD dan SMP, sementara industri sudah menerapkan sistem teknologi. Tapi kan
              setelah datangnya pandemi Covid-19, skemanya berubah. Lebih banyak pada teori, jadi kurang
              tepat sasaran," ujar Timboel Siregar kepada IN-DOPOS, Minggu (21/6).

              Ia menyebutkan, pada awal pemerintah alokasikan program kartu prakerja sebesar Rpio triliun
              untuk  dua  juta  orang.  Sementara  untuk  bantuan  tunai  hanya  Rp500  ribu  dan  Rpiso  ribu.
              "Awalnya anggaran Rpio triliun untuk 2 juta orang. Setiap pekerja berhak Rp5 juta dengan
              skema Rp650 ribu tunai dan sisanya dialokasikan melalui pelatihan," katanya.

              Sementara pada masa pandemi Covid-19, pemerintah mengalokasikan sebesar Rp 20 triliun
              untuk 5,6 juta pekerja. Namun, skema anggaran program ini berubah untuk pelatihan hanya
              Rpi  juta  setiap  orang  dan  2,4  juta  diberikan  tunai.  "Alasannya  karena  para  pekerja  yang
              menerima program ini tidak masuk program keluarga harapan (PKH). Jadi manfaat kartu ini
              lebih pada kesejahteraan sosial, bukan pelatihan kompetensi," terangnya.

              Timboel  mengatakan,  pendaftaran  secara  online  banyak  dikeluhkan.  Sehingga  ini  kemudian
              menjadi temuan dari KPK. Selain itu, beberapa fitur pelatihan juga menjadi temuan KPK. Karena,
              program  pelatihan  tersebut  banyak  ditemukan  di  YouTube  dan  tidak  berbayar.  "Dari  tiga
              gelombang, hanya 580 ribu pekerja yang direkrut. Dan 13 persen program ini untuk pelatihan
              dan 87 persen bentuk bantuan tunai," katanya.

              menuturkan, temuan KPK sudah melalui kajian yang mendalam. Oleh karena itu, pemerintah
              harus menjalankan rekomendasi dari KPK. Pasalnya, itu untuk meminimalisir
              kerugian negara. "Kalau memang perlu dirubah, ya silahkan. Tetap jalan, agar potensi kerugian
              negara bisa dicegah," ujarnya.

              Ia  menegaskan,  telah  memberikan  rekomendasi  kepada  Kem^nt-erian  Ketenagakerjaan
              (Kemnaker) agar menjalankan program kartu



                                                            7
   3   4   5   6   7   8   9   10   11   12   13