Page 89 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 28 MEI 2020
P. 89

Title          9 SALAH KAPRAH TENTANG DRAF RUU CIPTA KERJA
               Media Name     investor.id
               Pub. Date      27 Mei 2020
               Page/URL       https://investor.id/national/9-salah-kaprah-tentang-draf-ruu-cipta-ker ja
               Media Type     Pers Online
               Sentiment      Positive






               JAKARTA, Investor.id - Pembahasan RUU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan
               memang ditunda. Akan tetapi untuk klaster lain pembahasan akan tetap berlanjut.
               Dikarenakan Omnibus Law Cipta Kerja memiliki 11 klaster yang tentunya memiliki
               banyak sisi positif. Tapi sayangnya masih saja banyak masyarakat yang salah
               kaprah terhadap RUU Cipta Kerja.

               Menurut Bambang Arianto, Direktur Institute for Digital Democracy sekaligus
               pengamat RUU Cipta Kerja, ada beberapa poin yang masih terdapat salah kaprah.

               Pertama, perihal hilangnya upah minimum bagi para pekerja. "Padahal pada
               kenyataannya tidak ada penghilangan upah minimun regional. Meskipun dalam
               Omnibus Law ada penerapan upah minimum provinsi. Hal itu ditujukan sebagai
               jaring pengaman sosial bagi para pekerja. Lagipula upah minimun provinsi
               diterapkan bagi pekerja baru dari bulan ke-1 hingga bulan ke-12. Untuk bulan ke-13
               perusahaan wajib memberikan upah sesuai dengan upah minim regional daerah
               masing-masing," kata Bambang Arianto yang juga peneliti Akuntansi Forensik di
               Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Univeristas Nahdlatul Ulama (LPPM
               UNU) Yogyakarta dalam keterangan tertulis, Rabu (27/5/2020).

               Kedua, hilangnya pesangon. Padahal pada kenyataannya tidak benar pesangon akan
               hilang. "Justru sebaliknya dalam Omnibus Law akan ada kompensasi sebesar
               pesangon yang diberikan kepada para pekerja kontrak. Sedangkan dalam UU yang
               lama justru tidak ada namanya kompensasi bagi pekerja kontrak. Jadi dalam
               Omnibus Law, pekerja tetap akan mendapatkan pesangon dan pekerja kontrak akan
               mendapatkan kompensasi," jelas Bambang.

               "Tapi memang harus diakui bahwa nilai pesangon lebih kecil dari pada UU
               sebelumnya. Iya betul karena nilai pesangon yang besar selama ini tidak pernah
               dipenuhi oleh perusahaan. Bahkan menurut data Kemenaker hanya 30% pesangon
               yang bisa diberikan oleh pengusaha. Jadi wajar bila saat ini akan diubah skema
               pesangon lebih kecil. Sehingga dengan begitu semua perusahaan akan dijamin bisa
               memberikan pesangon 100% kepada pekerja tetap," lanjut Bambang.

               Ketiga, outsourcing seumur hidup dan karyawan seumur hidup. Ini tentu tidak benar
               karena aturan outsourcing dalam Omnibus Law tetap diatur sedemikian rupa agar
               tetap menguntungkan pekerja. "Bahkan, Omnibus Law memberikan kepastian
               perlindungan bagi pekerja kontrak (outsourcing) yang masih terikat kontrak
               kemudian ter-PHK, maka akan mendapatkan kompensasi 1 bulan gaji dengan catatn
               sudha bekerja selama 1 tahun," tegas Bambang.



                                                       Page 88 of 130.
   84   85   86   87   88   89   90   91   92   93   94