Page 114 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 6 OKTOBER 2021
P. 114

Ringkasan

              Pandemi Covid 19 yang hampir dua tahun melanda Indonesia, berdampak masif termasuk bagi
              sektor  ketenagakerjaan.  Kondisi  itu  mendasari  Komisi  IX  DPR  RI  menggelar  Rapat  Dengar
              Pendapat (RDP) bersama Kementerian Ketenagakerjaan, BPJS Ketenagakerjaan (BPJAMSOSTEK)
              dan perwakilan Serikat Pekerja/Buruh.



              SERIKAT PEKERJA SOROTI PERGESERAN FILOSOFI PROGRAM JHT
              Jakarta  :  Pandemi  Covid  19  yang  hampir  dua  tahun  melanda  Indonesia,  berdampak  masif
              termasuk bagi sektor ketenagakerjaan.

              Kondisi  itu  mendasari  Komisi  IX  DPR  RI  menggelar  Rapat  Dengar  Pendapat  (RDP)  bersama
              Kementerian Ketenagakerjaan, BPJS Ketenagakerjaan (BPJAMSOSTEK) dan perwakilan Serikat
              Pekerja/Buruh.

              Rapat  Dengar Pendapat  itu  membahas  pengawasan  klaim  Jaminan  Hari  Tua  (JHT),  Jaminan
              Pensiun  (JP)  dan  Jaminan  Kehilangan  Pekerjaan  (JKP)  terhadap  pekerja  atau  buruh  yang
              mengalami Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di masa pandemi Covid-19.

              Dirjen Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial (PHI & Jamsos) Kemnaker Indah
              Anggoro  Putri  menyatakan  peningkatan  angka  klaim  JHT,  salah  satunya  disebabkan  oleh
              banyaknya pekerja yang mengalami PHK.

              Selain itu pihaknya pun mendapati adanya pergeseran filosofi dari program JHT yang seharusnya
              dinikmati  ketika  memasuki  hari  tua  atau  masa  pensiun,  namun  banyak  pekerja  yang  justru
              mencairkan saldo JHT setelah PHK.

              Hal ini juga didasari oleh Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2015 dan Peraturan Menteri
              Ketenagakerjaan (Permenaker) Nomor 19 Tahun 2015.
              Kedua regulasi itu membuka peluang bagi para pekerja melakukan klaim JHT satu bulan setelah
              mengalami PHK.

              Namun  saat  ini  Kemnaker  sedang  melakukan  revisi  terhadap  Permenaker  tersebut  untuk
              mengembalikan kepada filosofi program JHT yang seharusnya.

              "Kami merevisi Permenaker nomor 19 tersebut, kita kembalikan kepada filosofi JHT yaitu benar-
              benar sebagai tabungan di masa tua sebagai amanat yang tertera dalam Undang-Undang nomor
              40 tahun 2004 dan juga Peraturan Pemerintah (PP) nomor 46 tahun 2015," kata Indah dalam
              siaran pers yang diterima RRI.co.id, Selasa (5/10/2021).

              Sejalan dengan hal tersebut Direktur Pelayanan BPJAMSOSTEK Roswita Nilakurnia memaparkan
              data klaim JHT dalam kurun waktu Desember 2020 hingga Agustus 2021.

              Ia membenarkan, selama masa pandemi terjadi kenaikan jumlah klaim jika dibandingkan tahun-
              tahun sebelumnya.

              "Hingga Agustus 2021, tercatat 1,49 juta kasus JHT dengan penyebab klaim didominasi oleh
              pengundurkan diri dan PHK. Selain itu mayoritas nominal saldo JHT yang diklaim adalah dibawah
              Rp10 juta dan range umur peserta paling banyak di bawah 30 tahun dimana merupakan usia
              produktif bekerja," jelasnya.




                                                           113
   109   110   111   112   113   114   115   116   117   118   119